Home Regional Layanan Air Bersih di Jateng Belum Merata, Ini Sebabnya

Layanan Air Bersih di Jateng Belum Merata, Ini Sebabnya

Karanganyar, Gatra.com - Sekitar 20 persen penduduk Jawa Tengah belum dapat menjangkau layanan PDAM. Aksesnya terkendala sarana, sumber air baku hingga tingkat kebocoran pipa yang masih tinggi.

Hal itu disampaikan Ketua Perwakilan Daerah Persatuan Perusahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Jawa Tengah Mochamad Haryo Nugroho kepada wartawan di Karanganyar usai menghadiri HUT ke-39 PUDAM Tirta Lawu Karanganyar sekaligus launching unit usaha es kristal di Karanganyar, Jumat (25/2). Haryo mengatakan, 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah memiliki problem spesifik penyediaan air bersih dari perusahaan daerahnya. Secara umum, semua berusaha memaksimalkan layanan sampai ke pelosok. Ia menyebut persoalan PDAM terus dicari pemecahannya.

"Sampai sekarang memang belum seluruhnya bisa terlayani. Namun semakin membaik. Tinggal 20 persen kira-kira yang belum terlayani atau terjangkau di Jawa tengah," kata pria yang menjabat Dirut PDAM Kota Magelang ini.

Mengenai penyediaan sarana, ia mendorong anggotanya memasang perpipaan sampai ke permukiman di wilayah rawan kekeringan. Kemudian menambah sumber air baku meski itu sulit. Ia menyadari sebagian wilayah Jawa Tengah bukanlah gentong air.

"Lumbung air Jawa Tengah berada tidak di semua lokasi. (Lumbung air) ada di Wonosobo, Magelang dan Tegal. Daerah lain didorong bikin air baku dengan inovasi-inovasi," katanya.

Hal itulah yang menyebabkan harga jual air PDAM antardaerah berlainan. Untuk menyeragamkan harganya pun mustahil.

"Kami sedang meminta data di tiap PDAM di Jateng. Mana saja yang memanfaatkan atau mengolah mata air dan mana yang air permukaan," katanya.

Gangguan layanan juga masih menjadi kendala klasik performa PDAM di hampir semua daerah. Ihwal kebocoran pipa merupakan problem paling umum. Ia memberi contoh pipa penyalur air bersih yang tertanam di dalam tanah di Kota Magelang pecah sehingga PDAM merugi ratusan juta rupiah pada 2021 lalu. Hal itu dipicu pembuatan drainase jalan milik provinsi.

"Perbaikan dan pemeliharaannya mahal. Belum lagi tingkat kebocoran. Saya rasa PDAM lainnya mengalami masalah serupa. Namun kita bersama-sama terus berbenah. Kemitraan dengan Pemda menjadi penting. Optimalisasi unit usaha juga sangat dianjurkan," katanya.

1996