Home Internasional China Masih Membutuhkan Batubara sebagai Strategi Energi

China Masih Membutuhkan Batubara sebagai Strategi Energi

Shanghai, Gatra.com - China akan memanfaatkan sepenuhnya batu bara sebagai bagian penting dari strategi energinya. 

Kesimpulan itu diungkapkan para pemimpin dan pejabat China selama pertemuan tahunan parlemen minggu ini. Langkah itu sebagai upaya menyeimbangkan stabilitas ekonomi dengan tujuan iklim jangka panjangnya.

Menyusul pidato Presiden Xi Jinping yang menegaskan kembali pentingnya batu bara, delegasi dari seluruh negeri menyerukan lebih banyak investasi dalam teknologi batu bara, dan kebijakan baru untuk menopang keuntungan bagi perusahaan batu bara.

Xi mengatakan kepada delegasi Kongres Rakyat Nasional dari wilayah penghasil batu bara utama di Mongolia Dalam, bahwa China, penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia, "kaya akan batu bara, miskin minyak dan kekurangan gas" dan "tidak dapat berpisah dari kenyataan".

Dia mengatakan transisi hijau adalah sebuah proses, dan China tidak bisa begitu saja "menginjak rem" atau menghilangkan batu bara.

Tahun lalu, Xi berjanji untuk "mengendalikan" penggunaan batu bara selama periode 2021-2025 dan mulai mengurangi konsumsi pada 2026 sebagai bagian dari kontribusi China, untuk memerangi pemanasan global.

Namun kekhawatiran keamanan energi yang meningkat telah mendorong produksi pertambangan ke rekor tertinggi dan melihat pembangkit listrik tenaga batu bara, baru mulai dibangun.

Delegasi mencoba menjembatani kesenjangan antara mengembangkan batu bara dan membatasi emisi dengan menyerukan lebih banyak investasi dalam teknologi batu bara, yang bersih dan "pintar", termasuk penyimpanan karbon.

Menurut risalah rapat tertutup yang dipublikasikan, mereka juga menyerukan langkah-langkah untuk melepaskan lebih banyak pasokan ke pasar, dan mengembangkan lebih lanjut industri kimia batubara.

Shu Yinbiao, delegasi dari badan penasihat yang dikenal sebagai Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC) dan ketua utilitas negara Huaneng menyebut, diperlukan dukungan untuk mendorong inovasi teknologi yang dapat mengubah tenaga batu bara, menjadi sumber energi rendah karbon.

“China juga perlu membangun mekanisme jangka panjang untuk memastikan perusahaan batu bara dan listrik dapat tetap menguntungkan, dan menjamin pasokan,” kata surat kabar resmi People's Daily, mengutip Shu, dilaporkan Reuters, Jumat (11/3).

Jin Penghui, delegasi CPPCC lainnya dan kepala bank sentral cabang Shanghai, menyerukan agar dana publik tersedia untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi dari batu bara.

Ancaman kekurangan energi terus menyita perhatian para pembuat kebijakan, pasca gelombang pemadaman listrik melanda beberapa pusat industri negara itu tahun lalu.

Kepala badan perencanaan negara China, Hua Lifeng mengatakan pada pengarahan di sela-sela parlemen bahwa sebanyak 450 gigawatt listrik terbarukan akan dibangun di daerah gurun, lebih banyak tenaga batu bara akan dibutuhkan untuk menjaga stabilitas jaringan.

“Sistem energi bersih China masih belum cukup berkembang untuk menangani keadaan darurat, termasuk cuaca ekstrem,” kata Muyi Yang, seorang analis dari lembaga pemikir lingkungan Inggris Ember.

Yang menyebut tujuan iklim jangka panjang China tetap tidak berubah, adanya pernyataan baru-baru ini menunjukkan bahwa batu bara akan beralih ke "peran pendukung", untuk menjaga keamanan pasokan energi.

Li Shuo, penasihat iklim senior dengan kelompok lingkungan Greenpeace menyebut sekalipun Beijing masih berkomitmen untuk membawa emisi ke puncaknya sebelum 2030, adanya tanggapan baru-baru ini dari para pemimpin China menunjukkan pengurangan itu hanya dalam jangka pendek.

"Penekanan yang dihidupkan kembali pada keamanan energi muncul akhir tahun lalu dan itu akan menjadi lebih kuat sekarang apalagi terjadinya krisis di Ukraina," ujarnya.

201