Home Ekonomi Pemkab Wonosobo Intensifkan Pelatihan Lifeskill untuk Penyandang Disabilitas

Pemkab Wonosobo Intensifkan Pelatihan Lifeskill untuk Penyandang Disabilitas

Banyumas, Gatra.com – Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinakertrans) Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah terus mendorong implementasi kesempatan kerja penyandang disabilitas atau difabel minimal 2 persen di sebuah perusahaan. Salah satu caranya yakni dengan mengintensifkan pelatihan lifeskill di BLK khusus untuk penyandang difabel.

Hal ini terungkap dalam Diskusi Publik ‘Peluang Kerja Bagi Penyandang Disabilitas’ di Café Mute, Area Sumberan Wonosobo. Diskusi publik ini digelar untuk mewujudkan sekolah inklusi sekaligus implementasi Perda Nomor 1 Tahun 2020 tentang Pembangunan Kepemudaan, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Wonosobo di rangkaian acara Pekan Special Olympics Nasional Kabupaten Wonosobo.

Diskusi yang dimoderatori Staf Ahli Bupati Bidang Kemasyarakatan dan Sumber Daya Manusia Drs. Yusuf Haryanto, menghadirkan narasumber dari Pegiat Sosial, Seni, Budaya dan Olahraga Disabilitas Syaifur Rohman, S.Kom., M.H., Kepala Bidang Pelatihan, Produktivitas dan Perindustrian, Disnakertrans Firman Cahyadi, S.P, M.Ev dan Kepala SLB Dena Upakara Suster Ester Tri Winarni, S.S.M.Pd.

Kepala Bidang Pelatihan, Produktivitas dan Perindustrian, Disnakertrans Firman Cahyadi Firman Cahyadi mengatakan sebagaimana amanat UU Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Disabilitas bahwa pemerintah wajib memberikan kesempatan kepada penyandang disabilitas minimal 2 persen dari jumlah kebutuhan tenaga kerja.

“Sebagai wujud nyata implementasi UU Nomor 8 Tahun 2016 Disnakertrans Wonosobo telah memberikan kesempatan bagi para penyandang disabilitas untuk mengikuti pelatihan lifeskill di BLK,” kata Firman, dalam keterangannya, dikutip Sabtu (12/3)..

Firman juga meminta kesadaran semua pihak, baik pemerintah, BUMD, Swasta dan masyarakat untuk memberikan ruang yang proporsional kepada penyandang disabilitas.

Sementara, Syaifur Rohman atau biasa dipanggil Ipunk Alphablopo menyinggung tantangan berat para penyandang disabilitas. Antara lain adanya stigma negatif terhadap penyandang disabilitas, tingkat employability skills atau keterampilan, pengetahuan dan kompetensi penyandang disabilitas yang masih rendah, ditambah sikap masyarakat yang masih menganggap remeh kemampuan kerja penyandang disabilitas dan lain lain.

“Tantangan berat menurut saya ketika penyandang disabilitas tidak memiliki skills atau keterampilan, pengetahuan dan kompetensi, sehingga akan memunculkan stigma negatif bagi mereka, ditambah sebagian masyarakat yang masih menganggap remeh kemampuan kerja penyandang disabilitas,” kata Syaifur.

Suster Ester Tri Winarni mengingatkan kembali, agar seluruh pihak menghindari penggunaan kata-kata yang menimbulkan diskriminasi seperti kata normal dan tidak normal. Sesungguhnya semua manusia adalah berkebutuhan khusus, dan memiliki keistimewaan masing-masing.

“Hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk peduli dan tidak memandang rendah penyandang disabilitas adalah menghindari menggunakan kata normal dan tidak normal, karena hakikatnya semua manusia berkebutuhan khusus dengan keistimewaan masing-masing,” ucap dia.

1210