Home Internasional Zelenskiy Pertanyakan Alasan Israel Enggan Berikan Bantuan Pertahanan Misil

Zelenskiy Pertanyakan Alasan Israel Enggan Berikan Bantuan Pertahanan Misil

Mariupol, Gatra.com - Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskiy terus meminta bantuan Israel untuk menghadapi serangan Rusia di Kota Pelabuhan Mariupol, selatan Ukraina. Sayangnya, Israel menolak menjual sistem pertahanan misilnya pada Zelenskiy.

Padahal menurut Zelenskiy, sistem Iron Dome milik Israel merupakan salah satu pertahanan misil terbaik. Ia amat berharap dengan bantuan Israel, pasukannya bisa mendorong mundur tentara Rusia dari negaranya.

Dalam permohonannya baru-baru ini pada Parlemen Israel, Zelenskiy mempertanyakan keengganan Israel untuk menjual Iron Dome itu. “Semua orang tahu bahwa sistem pertahanan rudal Anda adalah yang terbaik. Anda pasti dapat membantu orang-orang kami, menyelamatkan nyawa orang Ukraina, orang Yahudi Ukraina,” katanya yang juga keturunan Yahudi seperti dilansir Reuters.

Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett mengaku telah berulang kali melakukan pembicaraan jarak jauh dengan Zelenskiy dan Presiden Rusia, Vladimir Putin untuk mencoba mengakhiri konflik. Sayangnya, tentara Rusia dan Ukraina masih terus berperang memperebutkan Kota Pelabuhan Mariupol di Ukraina selatan.

Mariupol telah mengalami beberapa pemboman terberat sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Sekitar 400.000 penduduk Mariupol tetap terperangkap di sana dengan persediaan makanan, air, dan listrik yang minim. Menurut Gubernur Wilayah Donetsk, Pavlo Kyrylenko, pertempuran di kota ini kembali terjadi pada Minggu (20/3).

Rusia meminta pasukan Ukraina di Mariupol untuk menyerah. Jika tidak, bencana dahsyat kemanusiaan akan terus berlangsung. Pasalnya, menduduki Mariupol akan membantu pasukan Rusia mengamankan koridor darat ke Semenanjung Krimea yang direbut paksa oleh Moskow dari Ukraina pada 2014.

Padahal, Rusia dan Ukraina telah membuat kesepakatan sepanjang perang di koridor kemanusiaan untuk mengevakuasi warga sipil. Sayangnya, kedua belah pihak saling tuduh atas sering terjadinya pelanggaran kesepakatan.

94