Home Ekonomi Prahara Minyak Goreng Bikin UKM Menjerit

Prahara Minyak Goreng Bikin UKM Menjerit

Karanganyar, Gatra.com - Kenaikan harga minyak goreng kemasan membuat pelaku usaha skala kecil menjerit. Mereka tak kuasa menaikkan harga jual dagangan meski diambang kerugian.

"Kalau enggak pakai minyak mau pakai apa? Harus tetap jualan juga. Sedangkan minyak goreng mahal. Hanya dapat 2 liter dengan Rp50 ribu. Dua liter habis sehari. Dulu bisa dapat 3 liter lebih," kata pedagang batagor di plasa alun-alun Karanganyar Jateng, Adit Triyadi (32) kepada Gatra.com, Senin (21/3).

Ia tak beralih ke migor curah karena pertimbangan kualitas. Migor curah membuat gorengan cepat gosong dan berwarna keruh. Rasanya pun kurang lezat. Dengan mempertahankan kualitas, ia harus mengurangi ukuran batagor atau menaikkan harga.

"Harga dagangan standar seporsi Rp5 ribu. Mau naik berapa? Khawatirnya pelanggan kabur. Akhirnya mengurangi ukuran batagor," katanya.

Pedagang gorengan di wilayah Tasikmadu memilih beralih ke minyak curah. Sebab harganya jauh dibawah minyak kemasan. Minyak curah di pasaran dijual Rp14.000-Rp16.000 per liter. "Saya beralih pakai curah. Kemasan mahal kalau pakai itu jelas tidak nutup," katanya.

Ia mengatakan tidak bisa menaikan harga jual karena khawatir ditinggalkan konsumennya. Setidaknya, memakai minyak goreng curah bisa menghindari kerugian.

"Kita pakai curah aja, yang penting bisa goreng," katanya.

Sementara itu Kepala Disdagnakerkop UKM Karanganyar Martadi mengatakan harga migor kemasan di 7 pasar induk relatif sama. Yakni Rp 24 ribu per liter. Ia menjamin barangnya tersedia melimpah. Sejauh ini belum terjadi gejolak pada minyak goreng curah.

"Distribusi minyak goreng lancar. Bahkan cenderung berlimpah. Enggak langka seperti kemarin," katanya.

Mitra penjualan migor subsidi sudah tidak lagi menggelontor barangnya ke masyarakat pengguna usai pemerintah mencabut subsidi untuk migor kemasan.

1271