Home Gaya Hidup Psikolog: Kebahagiaan Penting Dibangun sejak Masa Anak-anak

Psikolog: Kebahagiaan Penting Dibangun sejak Masa Anak-anak

Jakarta, Gatra.com – Senior Brand Manager Wall’s, Bernardus Rendita Kusumo, mengatakan, sejumlah 80% masyarakat Indonesia masih berpandangan bahwa kebahagiaan sebagai sesuatu yang sifatnya materialistis.

Menurutnya, hasil survei yang dilakukan oleh Personal Growth ditemukan bahwa aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang meliputi 90,4% memiliki rumah bagus, 83% kekayaan finansial, dan 66,2% prestasi akademik maupun profesional.

“Melalui The Happiness Project, Wall’s ingin mendefinisikan ulang pemahaman akan arti kebahagiaan yang memiliki manfaat positif jika diterapkan dan dibangun sejak dini,” katanya.

Kebahagiaan itu dapat hadir dalam kehidupan kita dengan cara yang begitu sederhana. “Oleh karena itu, peran orang tua dan guru menjadi sangat krusial sebagai pendidik dalam proses pembelajaran dan tumbuh kembang anak,” kata pria yang karib disapa Rendi itu dalam siaran pers, Kamis (24/3).

Menurut Rendi, untuk mengedukasi pentingnya memahami arti kebahagiaan ini, pihaknya menargetkan anak-anak usia 8-14 tahun dengan menerapkan 5 kunci kebahagiaan di dalam tumbuh kembang anak.

“Wall’s percaya bahwa kebahagiaan adalah hak semua orang tanpa terkecuali. Hal ini sejalan dengan tujuan mulia Wall’s untuk membuat #SemuaJadiHappy,” katanya.

Sementara itu, Psikolog Klinis & CEO Personal Growth, Ratih Ibrahim, M.M, menyampaikan, kebahagiaan yang kerap dimaknai manusia umumnya selalu bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistik. Padahal, kebahagiaan yang sesungguhnya datang dari bagaimana manusia memaknai hidup dan nilai-nilai yang dijunjung, serta mengupayakannya dalam keseharian.

Menurutnya, kebahagiaan memang bisa saja hadir dari prestasi akademis, kemapanan finansial, atau jabatan. Namun, adanya pandangan bahwa kebahagiaan hanya bersumber dari hal-hal yang bersifat materialistis tersebut justru dapat menyebabkan seseorang merasa kebahagiaan adalah sesuatu yang sulit atau bahkan mustahil dicapai.

Selain itu, pemaknaan dan nilai-nilai mengenai kebahagiaan ini penting dibangun sejak masa anak-anak. “Semakin dini usia anak, semakin baik. Orang tua dan guru memiliki peran yang begitu penting dalam proses membangun pondasi kebahagiaan ini,” katanya.

“Dengan demikian, seluruh aspek perkembangan anak (kognitif, fisik, sosial dan emosional) akan berkembang secara optimal, anak lebih resilien, dan bahagia hingga masa dewasanya nanti,” kata Ratih.

Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbu Ristek), Sri Wahyuningsih, mendukung dan menyambut baik progam yang dilakukan Wall’s.

“Program ‘The Happiness Project’ sejalan dengan apa yang kami kembangkan selama ini. Kami melihat program ini berusaha untuk mengubah pola pikir seseorang mengenai arti kebahagiaan sejak dini,” katanya.

Menurutnya, semakin dini seorang anak mendapatkan pemahaman dan literasi, tentunya akan semakin baik. Maka, Kemendikbud Ristek mengapresiasi program ‘The Happiness Project’ yang telah menyiapkan berbagai modul untuk mengajak keluarga Indonesia menerapkan 5 kunci kebahagiaan di dalam pola asuh tumbuh kembang anak sehingga 100.000 anak di Indonesia dapat menemukan arti kebahagiaan yang sesungguhnya.

“Di dalam The Happiness Project terdapat 5 kunci kebahagiaan yang menjadi acuan untuk membangun kebahagiaan,” katanya.

Lima kunci kebahagiaan tersebut, yaitu berteman, bergerak, bersyukur, berbuat baik, dan berkreasi. Nantinya kunci kebahagiaan ini akan diimplementasikan ke dalam lima modul, yaitu Menemukan Kebahagiaan, #SemuaJadiHappy Challenge, Merancang Happiness Project, Duta Happiness, dan #SemuaJadiHappy Festival.

Sementara itu, Nana Mirdad, ibu dari dua anak yang kerap aktif berbagi aktivitas bersama keluarganya mengaku happy dengan modul yang dihadirkan oleh The Happiness Project.

“Bersyukur dan berteman yang merupakan bagian dari 5 kunci kebahagiaan adalah hal-hal yang selama ini aku ajarkan dan terapkan kepada anakku,” ujarnya.

Misalnya, lanjut Nana, momen berbagi ini akan melatih anakku untuk selalu bersyukur serta mengekspresikan kepedulian mereka terhadap orang lain maupun lingkungan.

“Aku juga mencoba #SemuaJadiHappy Challenge lewat kartu-kartu tantangan kepada anak kedua saya, Sarah. Aktivitas ini sekaligus jadi momen bonding buat kami karena dilakukan bersama-sama,” katanya.

Rendi menambahkan, sepanjang tahun 2022, pihaknya akan menjangkau 100.000 anak Indonesia untuk berpartisipasi dalam program ini. Nantinya, para guru akan dibekali dengan pelatihan modul sehingga dapat diimplementasikan kepada anak-anak di sekolah (train the trainers).

Dalam The Happiness Project ini, kata Rendi, pihaknya bermitra dengan rekan global Project Everyone, serta didukung oleh Personal Growth, dan LSM Bina Masyarakat Peduli.

“Masyarakat dapat turut berpartisipasi di The Happiness Project dengan mengakses tautan berikut http://www.thehappinessprojectid.com/. Mari bersama kita maknai kebahagiaan sesungguhnya dan mewujudkan Indonesia yang lebih happy,” kata Rendi. 

108