Home Ekonomi Apa Itu Business Matching dan Perannya Dongkrak Produk Farmasi

Apa Itu Business Matching dan Perannya Dongkrak Produk Farmasi

Jakarta, Gatra.com- Gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) melalui Business Matching diharapkan akan mengoptimalkan pembelian produk dalam negeri. Melalui upaya pemerintah ini, harapan industri farmasi untuk mendongkrak produksi obat dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi dapat terus ditingkatkan.

Obat Modern Asli Indonesia yang diproduksi oleh Dexa Group merupakan produk ber-TKDN tinggi karena
mulai dari bahan baku, produsen bahan baku, peneliti dan proses penelitian, pengembangan, hingga
distribusinya berasal dari Indonesia.

Saat ini, Dexa Group telah memproduksi 63% produk OMAI fitofarmaka dari 57 item fitofarmaka yang terdaftar dalam Nomor Izin Edar (NIE) Badan POM. Sementara Obat Herbal Terstandar (OHT) yang diproduksi Dexa Group mencapai 26% dari 125 NIE Badan POM.

President Director PT Dexa Medica, V. Hery Sutanto menyatakan apa yang dilakukan pemerintah ini sangat membantu membangkitkan kemauan industri farmasi dalam memproduksi produk dalam negeri dengan TKDN yang tinggi. "Kemudian, melalui business matching ini, potensi belanja pasar domestik untuk kebutuhan produk farmasi semakin terbuka lebar," katanya dalam keterangan persnya, Rabu (30/3).

Komitmen yang dilakukan antara pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk belanja produk farmasi dalam negeri berTKDN tinggi harapannya menjadi kebangkitan kemandirian farmasi Nasional yang dampaknya tidak hanya untuk industri. "Tetapi bagi mitra binaan para petani yang membudidayakan bahan baku melalui produk Obat Modern Asli Indonesia yang diproduksi oleh Dexa Group,” jelas Hery.

Director of Research and Business Development PT Dexa Medica, Dr. Raymond Tjandrawinata
mengatakan hilirisasi OMAI sebagai produk ber-TKDN tinggi sudah ada yang mencapai 90%. Hal ini sangat
berpotensi menjadi substitusi impor bahan baku obat untuk kategori obat tertentu.

Saat ini OMAI Dexa Group telah diekspor ke mancanegara seperti Filipina, Kamboja, Nigeria, dan Myanmar.  “Apabila pemerintah terus mendorong hilirisasi produk OMAI, maka industri dan peneliti akan berlomba-lomba untuk meneliti, mengembangkan, dan memproduksi bahan baku alam Indonesia menjadi bahan baku obat," jelasnya.

Sehingga, lanjut dia, industri OMAI akan semakin maju dan terwujud kemandirian farmasi Nasional. Jika
biodiversitas alam Indonesia yang kaya ini bisa dimanfaatkan untuk bahan baku obat, maka kekhawatiran kita akan rantai pasok bahan baku, tingginya impor bahan baku obat, tidak akan terjadi lagi.

Sementara itu, President Director PT Ferron Par Pharmaceuticals, Krestijanto Pandji mengatakan,
menurut catatan Kementerian Kesehatan, dari konsumsi 10 molekul obat terbesar dalam negeri, baru
empat obat yang mampu diproduksi dalam negeri. Yaitu Paracetamol, Clopidogrel, Omeprazole, dan
Atorvastatin.

Sementara itu, Cefixime, Amlodipine, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, Lansoprazole, dan Ceftriaxone belum dapat diproduksi dalam negeri. “Kami dari PT Ferron Par Pharmaceuticals, telah memproduksi salah satu molekul obat yang dikemukakan Kementerian Kesehatan, yakni Omeprazole" jelasnya.

Dengan adanya produksi Omeprazole di dalam negeri, Krestijanto menyebut kalau pihaknya mendukung peningkatan TKDN industri farmasi lainnya yang memproduksi obat jadi berbahan baku Omeprazole. "Ini salah satu upaya kami dari industri untuk mempercepat kemandirian farmasi Nasional yang tidak henti mendapatkan dukungan dari pemerintah,” paparnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan, pihaknya menargetkan nilai capaian penggunaan produk dalam negeri melalui pengadaan barang dan jasa sebesar 80%.

“Kami harapkan komitmen yang sama dari pengguna wajib produk dalam negeri lainnya untuk menetapkan
target capaian penggunaan produk dalam negeri,” katanya pada acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali beberapa waktu lalu.

Menurut dia, keikutsertaan industri farmasi dalam Business Matching sebagai langkah inisiatif pemerintah untuk menciptakan efek domino ekonomi
untuk UMKM, para petani, dan pedagang bahan baku herbal. “Apabila setiap aktivitas ekonomi
memberikan multiplier efek kepada UMKM, ini akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
perekonomian Nasional,” kata Agus.

Hal senada disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Bapak Luhut Binsar
Pandjaitan. Anggaran pemerintah pusat terutama pada belanja barang dan belanja modal melalui APBN
tahun 2022 sebesar Rp538,9 triliun.

Anggaran tersebut dapat digunakan sebesar-besarnya untuk belanja produk dalam negeri, yang belum termasuk belanja pemerintah daerah. "Harapan dari upaya ini adanya multiplier effect yang manfaatnya akan sangat terasa bagi kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga bagi Industri Kecil dan Menengah,” ungkapnya.

Sementara itu, Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Kementerian
Perindustrian, Nila Kumalasari menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat meningkatkan
pembelian dan penggunaan produk dalam negeri oleh instansi pemerintah.

“Melalui Business Matching ini, pelaku industri dalam negeri atau UMKM, IKM, dan Artisan akan mendapatkan jaminan pasar sehingga dapat mempersiapkan produksinya untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar pemerintah,” pungkas Nila.

338