Home Nasional Masjid Istiqlal jadi Tempat Ibadah Pertama Dunia Raih Sertifikat Final EDGE

Masjid Istiqlal jadi Tempat Ibadah Pertama Dunia Raih Sertifikat Final EDGE

Jakarta, Gatra.com – Masjid nasional Indonesia merupakan tempat ibadah pertama di dunia yang mendapatkan Sertifikat Final dari sistem Excellence in Design for Greater Efficiencies (EDGE) setelah melalui proses peremajaan ramah lingkungan yang terbukti menurunkan jejak karbon secara signifikan.

Peremajaan atau renovasi beberapa bagian dari Masjid Istiqlal ini menambahkan fitur ramah lingkungan yang meningkatkan efisiensi air dan energi dari bangunan ikonik tersebut merupakan kerja sama? Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI), Green Building Council Indonesia (GBC Indonesia), dan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan IFC, anggota Kelompok Bank Dunia.

“Pekerjaan yang dilakukan di Masjid Istiqlal ini tidak hanya dilihat sebagai respons terhadap upaya memerangi perubahan iklim tetapi juga sebagai contoh yang akan mendorong penerapan praktik desain bangunan hijau di Indonesia dan di tempat lain,” kata Prof. Nasaruddin Umar, Imam Besar Masjid Istiqlal dalam konferensi pers virtual pada Rabu (6/4).

Menurutnya, sangat penting bagi umat Islam untuk mewujudkan masjid hijau ramah lingkungan guna meningkatkan kualitas ibadah serta menghormati kepemimpinan Rasulullah SAW yang sangat peduli terhadap alam.

“Oleh sebab itu, pembangunan kembali dan merevitalisasi peran Masjid sebagai pusat pencerahan pelestarian lingkungan menjadi salah satu prioritas kami,” katanya.

Lebih lanjut Nasaruddin Umar menyampaikan, pihaknya merasa sangat terhormat bahwa Masjid Istiqlal dapat menjadi masjid pertama di dunia yang mendapatkan sertifikasi Final EDGE.

“Pencapaian yang luar biasa ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami untuk mendukung kelestarian lingkungan baik di kawasan Masjid Istiqlal maupun di seluruh negeri,” katanya.

Dengan menggunakan cat reflektif untuk atap dan dinding bagian luar, pencahayaan hemat energi di ruang internal dan eksternal, pengukur energi pintar (smart energy meters) dan panel surya yang akan mencakup lebih dari 13% konsumsi listrik, diharapkan Masjid Istiqlal akan mampu menghemat energi hingga 23%.

Kemudian, dengan penggunaan keran air beraliran rendah, pengolahan dan daur ulang air buangan serta langkah-langkah efisiensi lainnya, secara keseluruhan konsumsi air akan berkurang sebanyak 36%.

“Proyek ini merupakan contoh dari apa yang dapat dicapai apabila kita bekerja sama dalam upaya melawan krisis iklim, yang tetap menjadi salah satu tantangan terbesar saat ini,” ucap Azam Khan, Country Manager untuk Indonesia dan Timor-Leste.

Menurutnya, perubahan iklim mengancam kehidupan dan mata pencaharian serta memperlambat kemajuan dari upaya pengentasan kemiskinan, terutama di tengah meningkatnya intensitas bencana terkait iklim yang terjadi, termasuk di Indonesia.

“Terdapat peluang untuk mengambil tindakan langsung, dan pembangunan kembali Masjid Istiqlal menunjukkan bahwa investasi dalam infrastruktur tahan iklim, termasuk bangunan hijau, dapat membawa perubahan yang terukur,” katanya.

Indonesia memiliki beberapa kota dengan pertumbuhan tercepat di Asia. Dengan populasi yang diperkirakan akan melampaui populasi Tokyo pada tahun 2030, Jakarta akan menjadi kota terbesar di dunia. Pada saat yang sama, urbanisasi dan pertumbuhan yang pesat membawa tantangan lingkungan yang besar. Hal ini semakin menggarisbawahi perlunya tindakan iklim yang ambisius.

“Kami senang dapat menjadi bagian dari inisiatif perintis ini,” kata? Diana Kusumastuti, MT. Direktur Jenderal Cipta Karya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Menurutnya, langkah-langkah Masjid Istiqlal merupakan perwakilan dari tempat ibadah dan bangunan bersejarah, tidak hanya akan meningkatkan efisiensi energi tetapi juga akan menjadi bukti nyata bahwa bangunan hijau atau green building dapat diterapkan untuk semua jenis bangunan, termasuk bangunan baru dan bangunan yang telah lama berdiri.

“Mendorong pembangunan infrastruktur, permukiman, perumahan, dan bangunan yang ramah lingkungan sangat penting untuk membantu mewujudkan komitmen pemerintah dalam pengurangan emisi,” katanya.

Selain sertifikasi Final dari EDGE, Masjid Istiqlal juga menjalani penilaian GREENSHIP dari GBC Indonesia dan juga telah mendapatkan predikat Ecomasjid yang digagas oleh Majelis Ulama Indonesia.

“GBC Indonesia mengapresiasi pencapaian luar biasa Masjid Istiqlal yang menjadi bangunan keagamaan pertama yang mendapatkan sertifikasi final dari EDGE,” ucap Iwan Prijanto, Ketua GBC Indonesia.

Iwan melanjutkan, Masjid Istiqlal dibangun sebagai simbol kebesaran masyarakat Islam di Indonesia dan merupakan representasi dari penghormatan mereka yang luar biasa kepada Allah SWT, masyarakat, dan alam.

“Kami berharap dapat melihat inisiatif ini direplikasi sebagai bagian dari upaya kolektif melindungi lingkungan dan berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

EDGE adalah sistem sertifikasi bangunan hijau yang dikembangkan oleh IFC. EDGE memberikan solusi teknis untuk mengadaptasi proyek konstruksi dengan standar bangunan hijau dan menghasilkan lingkungan dan keuangan yang positif.

Hingga saat ini, EDGE telah mensertifikasi lebih dari 1,6 juta meter persegi luas bangunan di Indonesia, mengurangi emisi karbon sebanyak 48.000 ton per tahun yang setara dengan menanam sekitar 800.000 pohon.

227