Home Internasional Para Dokter di Sri Lanka Peringatkan Kehabisan Obat-obatan

Para Dokter di Sri Lanka Peringatkan Kehabisan Obat-obatan

Kolombo, Gatra.com - Para dokter di Sri Lanka memperingatkan pada hari Minggu bahwa mereka sudah hampir kehabisan obat-obatan yang mengancam nyawa pasien. 

Kalangan dokter mengatakan krisis ekonomi negara itu dapat mengancam kenaikan jumlah kematian yang lebih buruk dibandingkan pandemi virus corona.

AFP, Minggu (10/4) melaporkan, pemadaman listrik selama berminggu-minggu, kekurangan makanan, bahan bakar, dan obat-obatan telah membawa kesengsaraan yang meluas di Sri Lanka. Krisis kali ini yang terburuk sejak kemerdekaan pada tahun 1948.

Asosiasi Medis Sri Lanka (SLMA) mengatakan bahwa semua rumah sakit di negara itu tidak lagi memiliki akses ke peralatan medis impor dan obat-obatan.

Beberapa fasilitas medis telah menangguhkan operasi rutin sejak bulan lalu, karena rendahnya tingkat anestesi. SLMA mengatakan bahwa prosedur darurat mungkin tidak dapat dilakukan dalam waktu dekat.

“Kami harus membuat pilihan yang sangat sulit. Kami harus memutuskan siapa yang mendapat perawatan dan siapa yang tidak,” kata kelompok itu pada Minggu. 

Mereka merilis surat yang dikirimkan kepada Presiden Gotabaya Rajapaksa beberapa hari, sebagai peringatan tentang situasi tersebut.

“Jika persediaan tidak dipulihkan dalam beberapa hari, korbannya akan jauh lebih buruk daripada akibat pandemi,” ujarnya.

Kemarahan publik yang meningkat atas krisis Sri Lanka, telah menyebabkan protes besar dan menyerukan pengunduran diri Rajapaksa.

Ribuan orang menerjang hujan lebat melanjutkan demonstrasi di luar kantor pemimpin di pinggir laut di ibukota Kolombo pada hari kedua.

Para pemimpin asosiasi bisnis bergabung memberikan seruan agar presiden mundur pada hari Sabtu. Mereka mengatakan kekurangan bahan bakar membuat industri terpaksa mengeluarkan uang tunai.

Pemerintah Rajapaksa sedang mencari dana talangan IMF untuk membantu membebaskan Sri Lanka keluar dari krisis. Akibat meroketnya harga pangan dan jatuhnya nilai mata uang lokal hingga sepertiga dalam sebulan terakhir.

Menteri keuangan baru Ali Sabry mengatakan kepada parlemen pada hari Jumat bahwa ia mengharapkan dana US$ 3 miliar dari IMF untuk mendukung neraca pembayaran dalam tiga tahun ke depan.

Kekurangan mata uang asing yang kritis telah membuat Sri Lanka berjuang untuk membayar utang luar negerinya yang membengkak sebesar US$51 miliar, akibat pandemi dan hancurnya pendapatan vital dari pariwisata dan pengiriman uang.

Para ekonom mengatakan krisis Sri Lanka telah diperburuk akibat pemerintahan yang salah urus negara, akumulasi pinjaman selama bertahun-tahun dan pemotongan pajak yang tidak jelas.

78