Home Kesehatan Misteri Umur Manusia Terpecahkan, Mengapa Mati pada Usia 80-an?

Misteri Umur Manusia Terpecahkan, Mengapa Mati pada Usia 80-an?

Cambridge, Gatra.com- Misteri mengapa manusia mati pada usia sekitar 80-an tahun, sementara mamalia lain hidup jauh lebih pendek atau lebih lama terpecahkan. Manusia dan hewan mati setelah mengumpulkan jumlah yang sama dari mutasi genetik, para peneliti telah menemukan, menunjukkan kecepatan kesalahan DNA sangat penting dalam menentukan umur suatu spesies. Iran Press, 14/4.

Ada variasi besar dalam umur mamalia di kerajaan hewan, dari tikus Asia Selatan, yang hidup hanya enam bulan, hingga paus kepala busur, yang dapat bertahan hidup selama 200 tahun.

Sebelumnya, para ahli telah menyarankan bahwa ukuran adalah kunci umur panjang, dengan hewan yang lebih kecil membakar energi lebih cepat, membutuhkan pergantian sel yang lebih cepat, yang menyebabkan penurunan lebih cepat.

Tetapi sebuah studi baru dari Wellcome Sanger Institute di Cambridge menunjukkan kecepatan kerusakan genetik bisa menjadi kunci untuk bertahan hidup, dengan hewan yang berumur panjang berhasil memperlambat laju mutasi DNA mereka terlepas dari ukurannya.

Ini membantu menjelaskan bagaimana tikus mol telanjang (Heterocephalus glaber) sepanjang lima inci dapat hidup selama 25 tahun, seperti jerapah yang jauh lebih besar, yang biasanya hidup selama 24 tahun.

Ketika para ilmuwan memeriksa tingkat mutasi mereka, mereka ternyata sangat mirip. Tikus mol telanjang menderita 93 mutasi setahun, dan jerapah 99. Sebaliknya, tikus biasa menderita 796 mutasi setahun dan hanya hidup selama 3,7 tahun. Rata-rata umur manusia dalam penelitian ini adalah 83,6 tahun, tetapi tingkat mutasinya jauh lebih rendah yaitu sekitar 47 mutasi per tahun.

Perubahan genetik, yang dikenal sebagai mutasi somatik, terjadi di semua sel dan sebagian besar tidak berbahaya, tetapi beberapa dapat memulai sel di jalur menuju kanker atau mengganggu fungsi normal.

Dr. Alex Cagan, penulis pertama studi tersebut, mengatakan: “Menemukan pola serupa dari perubahan genetik pada hewan yang berbeda satu sama lain seperti tikus dan harimau sangat mengejutkan."

“Tetapi aspek yang paling menarik dari penelitian ini adalah menemukan bahwa umur berbanding terbalik dengan tingkat mutasi somatik. Ini menunjukkan bahwa mutasi somatik mungkin berperan dalam penuaan.” Tim menganalisis kesalahan genetik dalam sel induk dari usus 16 spesies mamalia dan menemukan bahwa semakin lama umur suatu spesies, semakin lambat tingkat mutasi terjadi.

Jumlah rata-rata mutasi pada akhir masa hidup di seluruh spesies adalah sekitar 3.200, menunjukkan ada banyak kesalahan kritis setelah tubuh tidak dapat berfungsi dengan benar. Meskipun angkanya berbeda sekitar tiga kali lipat di seluruh spesies, variasinya jauh lebih kecil daripada variasi ukuran tubuh, yang bervariasi hingga 40.000 kali lipat.

Para peneliti percaya penelitian ini membuka pintu untuk memahami proses penuaan dan keniscayaan serta waktu kematian.

Dr Inigo Martincorena, penulis senior studi tersebut, mengatakan: “Penuaan adalah proses yang kompleks, hasil dari berbagai bentuk kerusakan molekuler dalam sel dan jaringan kita."

“Mutasi somatik telah berspekulasi berkontribusi terhadap penuaan sejak 1950-an, tetapi mempelajarinya tetap sulit," tambahnya.

“Dengan kemajuan terbaru dalam teknologi pengurutan DNA, kami akhirnya dapat menyelidiki peran mutasi somatik dalam penuaan dan berbagai penyakit,” jelasnya. Penelitian ini dipublikasikan di jurnal Nature.

11420