Home Ekonomi Menko Airlangga: Pemerintah Tetap Waspada Hadapi Tantangan Global

Menko Airlangga: Pemerintah Tetap Waspada Hadapi Tantangan Global

Jakarta, Gatra.com - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan tetap waspada dan terus responsif menghadapi berbagai tantangan yang mungkin muncul, seperti melambatnya laju pemulihan ekonomi Eropa akibat perang Rusia-Ukraina, serta penerapan lockdown yang baru saja diterapkan kembali oleh China. Kondisi ini diperkirakan berpengaruh pada performa ekspor ke depan.

Untuk itu, lanjut Airlangga, perlu diterapkan strategi 4K yakni strategi menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi yang efektif.

Airlangga juga menjelaskan bahwa kinerja perdagangan internasional Indonesia kembali menunjukkan performa impresif meski terjadi eskalasi perang Rusia-Ukraina. 

“Nilai ekspor pada Maret 2022  mencapai US$26,50 miliar, melonjak sebesar 29,42 persen (mtm) atau sebesar 44,36 persen (yoy). Di saat yang sama, nilai impor mencapai US$21,97 miliar dengan pertumbuhan sebesar 32,02 persen (mtm) atau 30,85 persen (yoy),” kata Menko Airlangga dalam keterangan di Jakarta, Selasa (19/4).
“Surplus yang berkelanjutan ini akan terus mendorong kenaikan cadangan devisa, sekaligus meningkatkan kapasitas dan ketahanan sektor eksternal Indonesia,” katanya.

Airlangga mengatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia pada Maret 2022 mengalami surplus yang cukup besar US$4,53 miliar, melanjutkan tren surplus sejak Mei 2020 lalu atau telah terjadi dalam 23 bulan berturut-turut.

Airlangga mengungkapkan bahwa performa surplus Indonesia pada Maret 2022 membaik ditopang kinerja ekspor yang terus menguat di tengah peningkatan harga berbagai komoditas andalan. 

Pada Maret 2022 misalnya, harga batubara meningkat 49,91 persen (mtm), nikel tumbuh 41,26 persen (mtm), dan CPO naik 16,72 persen (mtm).

“Di tengah momentum kenaikan harga komoditas, Indonesia terus memacu hilirisasi komoditas unggulan, sehingga ekspor Indonesia tidak lagi berasal dari komoditas hulu, namun mengandalkan komoditas hilir yang memiliki nilai tambah tinggi,” ujarnya.

32