Home Gaya Hidup Umrah Backpacker ala Mahasiswa Indonesia di Sudan, Berpetualang Sambil Ibadah

Umrah Backpacker ala Mahasiswa Indonesia di Sudan, Berpetualang Sambil Ibadah

Banyumas, Gatra.com – Mahasiswa asal Banyumas, Jawa Tengah yang tengah berkuliah di Sudan, Rif'an Ali Hafidz beribadah umroh dengan cara tak biasa. Ia melakukan umrah backpacker, yakni sebuah cara umrah yang yang bisa menghemat biaya dan waktu.

Dalam umrah backpacker, jamaah mengerjakan umrah tanpa pembimbing. Jamaah umrah backpacker harus mengetahui tata cara umrah dari awal sampai akhir, dengan mempelajari sendiri.

Pemuda yang sejak November 2017 kuliah di Khartoum Internasional Institute for Arabic Language, Sudan ini, memanfaatkan jeda kuliah untuk mencari pengalaman baru.

"Pihak travel hanya menyediakan tiket pesawat dan visa saja, selain itu seperti hotel, guide dan makan harus cari sendiri sesampainya di Makkah," katanya, beberapa waktu lalu.

Semula, Rif’an punya dua pilihan tujuan liburan, Mesir dan Arab Saudi. Di Mesir, Rif'an berniat berwisata sejarah dan bertemu teman yang kuliah di sana. Sementara di Arab Saudi, Rif'an bermaksud untuk menunaikan ibadah umrah. Akhirnya memilih ke Arab Saudi.

Dia menjelaskan, dalam paket umrah bacpacker, ada yang memasang tarif US$900 dengan fasilitas visa umrah 30 hari, penginapan tiga hari di Makkah tiga hari Madinah, makan enam hari. Ada lagi yang memasang tarif US$560 dengan fasilitas hampir serupa dengan yang sebelumnya, namun tanpa tiket pesawat. Ada juga yang memasang tarif US$700 dengan fasilitas sama namun tanpa penginapan dan catering.

Ia kemudian memilih paket US$700 atau setara Rp10.500.000. Namun pada akhirnya Rif'an harus membayar US$850 dollar (Rp12.500.000) dari biaya awal yang tertera  US$700 itu. "Alasannya karena ketika mendaftar saya sudah dekat dengan Bulan Ramadan maka biaya juga semakin naik," ucap dia.

Rif'an kemudian menyiapkan paspor, surat pernyataan perjalanan, surat kuning perjalanan, dan kepengurusan visa kembali ke Sudan, yang kira-kira jika Rif'an estimasikan sekitar Rp300.000. Hal itu Rif'an lakukan sebagai syarat kepengurusan perjalanan.

Dalam perjalanan umrah backpacker, ada delapan orang lainnya bersama Rif'an. Mereka semua juga berstatus sebagai pelajar Indonesia yang ada di Sudan. Kemudahan lainnya, Pemerintah Arab Saudi tak mewajibkan tes PCR.

“Mendarat di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan menuju Madinah,” ujar dia.

Sesampai di tempat tujuan, mereka keluar dari kereta. Kemudian mereka langsung berjalan menuju gate 9 untuk menunggu pesawat yang akan membawa mereka menuju Kota Madinah.

Setelah menunggu selama kurang lebih enam jam, jadwal penerbangan menuju Madinah akhirnya datang juga. Setelah satu jam perjalanan udara mereka sampai di Kota Nabi dengan selamat.

Hari-hari Rif'an selama berada di Kota Madinah, Rif'an habiskan untuk berkeliling pada setiap sudut masjidnya. Mulai dari mengunjungi Raudah Nabi Muhammad, berkeliling di bawah payung khas Masjid Nabawi, shalat fardu dan tarawih di dalam masjidnya, dan pengalaman lainnya bersama teman maupun sendiri.

"Oh ya, catatan buat teman-teman yang ingin melakukan perjalanan umrah ke Arab Saudi, pastikan teman-teman ketika sudah sampai langsung saja membeli kartu (HP) lokal, karena akan susah tanpa alat komunikasi," ujar Rif’an.

Di hari keempat Rif'an dan rombongan memutuskan untuk pergi melanjutkan perjalanan menuju Makkah Al-Mukarramah untuk menunaikan ibadah umrah. Setelah memakai kain ihram dan mendapatkan pengarahan dari para senior di kampus Universitas Islam Madinah (UIM), mereka berangkat pada pukul 00.30 WAS dengan menggunakan mobil Hiace menuju Makkah dengan biaya 480 real, atau 60 real setiap penumpangnya.

Di tengah perjalanan ada pengecekan Tasrih Tawakalna (semacam aplikasi peduli lindungi) di perbatasan antar kota. Setiap orang yang hendak melaksanakan ibadah umrah diwajibkan untuk mendaftarkan dirinya di aplikasi tersebut.

Setelah 20 menit perjalanan dari Madinah sepanjang 11 kilometer, mereka berhenti di Masjid Biir Ali, Dzulkhulaifah untuk menunaikan salat sunnah dua rakaat dan mengambil miqot niat umroh.

Kemudian, Rif'an dan rombongan melanjutkan perjalanan menuju Kota Makkah yang berjarak sekitar 450 kilometer dari Masjid Bir Ali. "Pemandangan luar biasa dan tak terbayangkan sebelumnya terbentang di depan mata," tuturnya.

Semua barang bawaan yang mereka bawa ditinggal di tempat penitipan barang sebelah toilet 3 Masjidil Haram. Mereka masuk ke dalam masjid dan berjumpa dengan Kabah untuk menunaikan thawaf, salah satu rukun ibadah Umrah. "Melihat Kabah dari dekat dengan ribuan orang di dalamnya rasanya tak terlukiskan," ucapnya.

Setelah selesai menunaikan thawaf tujuh putaran, Rif'an salat dua rakaat di belakang Maqom Ibrahim. Tidak mudah memang untuk mencari tempat salat karena ribuan manusia berseliweran ke sana dan kemari.

Kemudian Rif'an lanjutkan menunaikan Sai antara Sofa dan Marwa sebanyak tujuh kali. Setelah usai Rif'an memotong rambut untuk menyempurnakan ibadah Umrah. "Alhamdulillah, semua rangkain tadi saya tunaikan kurang lebih tiga jam," katanya.

Rif'an dan rombongan tinggal di sebuah rumah sederhana di daerah Misfalah bagian Selatan Masjidil Haram. Mereka merogoh kantong 1.000 real untuk dua kamar dan satu kamar mandi selama 20 hari. Rif'an sempat pergi ke Jabal Nur dengan biaya 10 real setiap orangnya.

"Ya karena dari awal kami sudah memutuskan “backpaker-an” untuk perjalanan ini. Jadi kami harus pintar-pintar mengatur pengeluaran untuk bisa berpergian kesana-kemari," tuturnya.

1373