Home Regional Bupati Kebumen Larang Warganya Beri Bisyaroh

Bupati Kebumen Larang Warganya Beri Bisyaroh

Kebumen, Gatra.com - Bupati Kebumen, Jawa Tengah, Arif Sugiyanto, menepis isu yang beredar di masyarakat tentang adanya bisyaroh atau uang saku (amplop) jika warganya ingin mengundang bupati. Arif menegaskan, masyarakat bisa kapan saja mengundang bupati tanpa harus memberikan bisyaroh.

Bahkan, bupati muda ini melarang masyarakat memberikan bisyaroh pada dirinya. "Banyak isu yang bilang kalau mau ngundang bupati harus ngasih bisyaroh. Jelas saya katakan, tidak ada bisyaroh-bisyarohan. Ngundang bupati gratis. Sepeser pun kami menolak dan melarang adanya bisyaroh," tegas Arif di hadapan warga NU saat halal bihalal di Masjid Baitul Barokah, Desa Surotrunan, Kecamatan Alian, Senin (16/5/2022).

Larangan memberikan bisyaroh tidak hanya berlaku bagi dirinya, juga bagi para pejabat Pemkab Kebumen, baik kepala dinas atau camat jika diundang atau hadir di suatu acara mewakili unsur pemerintah. Bupati menegaskan, bisyaroh tidak berlaku bagi mereka para ASN.

"Sama juga, kepala dinas, atau camat kami larang menerima bisyaroh. Jadi kalau ada kepala dinas, camat atau perwakilan pemerintah yang hadir saat diudang acara di masyarakat tidak boleh menerima bisyaroh. Kadinas dan camat atau siapapun dari unsur pemerintah harus berani menolak," jelasnya.

Kebijakan itu dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik atau good governance. Sebagai pegawai pemerintahan, Bupati Arif meminta kepada semua untuk mengedepan prilaku melayani, bukan ingin dilayani.

"Dalam menciptakan good governance ini, justru kita harus selalu mengendepankan pelayanan terhadap masyarakat yang baik, dan bersih. Tidak malah inginnya dilayani, itu nggak boleh," tandasnya.

Arif juga meminta pada warga jika mengundangnya tidak perlu ada jamuan mewah-mewah yang justru merepotkan masyarakat. Biarlah kata Bupati, jamuan itu apa adanya saja. "Tidak perlu repot-repot dengan jamuan yang mewah. Sama sekali tidak perlu, apalagi sampai mengadakan yang tidak ada dengan mencari ke sana ke kemari. Biar natural saja. Apa yang ada itu yang disajikan, karena yang penting di sini adalah kebersamaan, dan kekompakan," pinta Arif.

Selain, bisyaroh, Bupati juga menolak dan melarang pemberian parcel dalam setiap undangan acara. Meski demikian kadang masih ada masyarakat yang memberikan oleh-oleh pada bupati berupa hasil pertanian.

"Kalau ada masyarakat yang ngasih hasil bumi, seperti jagung, pisang, singkong itu masih kita terima. Karena saya ingin ikut merasakan hasil jerih payah mereka dalam bertani yang Insya Allah penuh barokah. Tapi itu pun kadang kami masih suka menolak, karena takut merepotkan," tutupnya.

1097