Home Ekonomi Petani Sawit Tidak Kuat Lagi Menahan Permainan Harga dari Pabrik

Petani Sawit Tidak Kuat Lagi Menahan Permainan Harga dari Pabrik

Jakarta, Gatra.com - Para petani sawit di sejumlah daerah menyatakan ketidaksanggupannya lagi menahan permainan harga oleh pabrik kelapa sawit (PKS) atau jejaring dari segelintir pengusaha sawit kakap.

"Segelintir pengusaha sawit kakap yang mengontrol hulu hilir bisnis kelapa sawit. Petani kelapa sawit sebagai korban dari dari oligopoly dalam struktur pasar minyak sawit tersebut hingga harga anjlok pembelian TBS milik petani antara 40-70%," ungkap Sekjen Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) Indonesia, Mansuetus Darto kepada Gatra.com, Selasa (17/5).

Darto meyakini pemerintah tengah bekerja keras untuk melawan permainan segelintir pengusaha sawit kakap yang mengontrol hulu hilir bisnis kelapa sawit itu melalui kebijakan pelarangan ekspor CPO dan produk turunannya. Namun, kebijakan itu perlu dihentikan karena dampaknya begitu berat membebani petani sawit.

"Dengan pencabutan keran ekspor CPO dan turunannya, akan membuat tepuk tangan oligarki sawit. Tetapi itulah faktanya, karena kebijakan kita sangat lemah dan cendrung mendukung oligarki sawit sejak lama yang membuka ruang bagi mereka menguasai lahan skala besar dan juga ikut memberi ruang bagi mereka untuk menguasai industri sawit," ujarnya.

Seluruh organisasi petani sawit seperti SPKS, FORTASBI, ASPEKPIR, POPSI dan SPI secara bersama menyatakan meminta Presiden Joko Widodo untuk mencabut larangan sementara ekspor CPO.

Pasalnya, kebijakan ini telah diberlakukan sekitar 2 pekan. Buntut kebijakan ini telah dirasakan para petani sawit dengan turunnya harga tandan buah segar (TBS) di seluruh Indonesia.

Adapun penurunannya sekitar Rp1.000 – Rp1500/kg, sebagai contoh harga TBS petani di Sulawesi saat ini hanya berkisar Rp1500/kg dari harga sekitar Rp3000/kg sebelum kebijakan pelarangan ekspor CPO. Kondisi serupa turut menimpa daerah-daerah lainnya mulai dari wilayah sumatera sampai Kalimantan.

"Tidak hanya penurunan harga TBS petani juga di hadapkan dengan banyaknya pabrik kelapa sawit yang tutup dengan alasan tangki-tangki penampungan CPO penuh sehingga petani tidak bisa menjual TBSnya," tambahnya.

241