Home Internasional Dubes Palestina: Ke Mana Keadilan dan Kemanusiaan Dunia Selama 74 Tahun Israel Menjajah?

Dubes Palestina: Ke Mana Keadilan dan Kemanusiaan Dunia Selama 74 Tahun Israel Menjajah?

Sleman, Gatra.com– Mewakili rakyat Palestina, Duta Besar Palestina untuk Indonesia Zuhair Al Shun mempertanyakan rasa keadilan kemanusian yang digembar-gemborkan dunia dan khususnya negara-negara pendukung Israel terutama Amerika Serikat. Rasa kemanusiaan untuk Palestina dinilai sekadar omong kosong.

Puluhan tahun Zionis Israel melakukan pelanggaran hak asasi manusia dan merebut tanah air warga Palestina. Hal itu disampaikan Zuhair dalam kuliah umum di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta bertajuk ’The Future of Palestine: Paving the Way for Sustainable Peace’, Selasa (17/5).

 

“Kependudukan Israel di Palestina telah berlangsung selama 74 tahun. Sejak itu, 6,5 juta warga Palestina jadi pengungsi, tersebar di dunia, dan merasakan penderitaan. Kezaliman Zionis Yahudi ini dipicu kebohongan dan konspirasi politik sejumlah negara yang mengakui Israel berhak atas tanah Palestina,” tegas Zuhari dalam bahasa Arab yang diterjemahkan.

Ia mengatakan aksi perampasan dan penindasan oleh Israel didukung kekuatan untuk penjajahan Palestina karena letaknya strategis dan memberi keuntungan. Dulu Amerika Serikat sempat mendukung pendudukan Uganda di Afrika oleh Israel namun langkah ini diurungkan.

"Zionis menganggap Uganda itu jauh dari peradaban dan tidak strategis. Mereka akhirnya memilih Palestina. Mereka terus terus menggempur dan menzalimi Palestina. Tapi orang Palestina tidak gentar dan tidak menyerah,” paparnya.

Bahkan, kata Zuhair, seorang menteri Israel sempat menyebut orang-orang tua Palestina akan cepat mati, sedangkan anak-anak muda tidak siap untuk melanjutkan perjuangan negerinya.

Padahal kini mereka yang berjuang adalah anak-anak muda kelahiran 1980-1990-an. Mereka merebut hak-hak yang dirusak oleh konspirasi politik negara-negara Barat.

Zuhair menjelaskan dalam deklarasi Balfour 1917 oleh Inggris menjadi landasan pendudukan Israel. Inggris yang menduduki Palestina mengirim surat untuk menyerahkan negeri itu. "Ini jadikan zionis merasa memiliki hak dan dukungan," katanya.

Rekonsiliasi sempat ditempuh dengan membagi wilayah Palestina yakni 56 persen untuk Israel dan 44 persen Palestina. Namun Israel terus mengokupasi wilayah untuk Palestina itu hingga 78 persen.

Menurut Zuhair, Palestina tetap berjuang untuk mengembalikan hak secara konstitusional sesuai aturan internasional. 

Namun Israel tetap melakukan pelanggaran kemanusiaan. Zuhair menyinggung tindakan aparat Israel yang menyerbu Masjid Al Aqsa saat Ramadan lalu hingga tewasnya jurnalis Al Jazeera, Shireen Abu Akleh, bahkan pemakamannya juga diwarnai tindakan kekerasan dari aparat Israel.

“Ke mana perginya rasa kemanusiaan itu? Israel terus melanggar aturan-aturan internasional," kata Zuhair.

Zuhair menyebut adanya kekuatan super power yang menjadi dalang konspirasi untuk mendukung Israel dan merebut Palestina. Di Palestina, warga beragama Islam dan Kristen menjadi korban.

"Tapi apakah Mekah (Arab Saudi) dan Vatikan apakah turun tangan? Humanity jadi semacam omong kosong saja karena hingga kini kami masih merasakan penindasan," ujarnya.

Ia mengapresiasi deklarasi dukungan untuk Palestina yang datang dari berbagai pihak. Zuhair yakin dengan bantuan sejumlah negara dan berkah Tuhan, perjuangan mereka tak sia-sia. 

Rektor UII Fathul Wahid menyatakan UII mendukung perjuangan Palestina. Wujudnya antara lain dengan penggalangan dana, menerima warga Palestina, hingga pemberian beasiswa.

Sebelum kuliah umum, Fathul juga menyerahkan donasi UII Rp100 juta ke Palestina. "Hati dan doa kami selalu untuk rakyat Palestina," ujar Fathul.

264