Home Ekonomi Dampak Larangan Ekspor Batubara, Perekonomian Kalsel Tumbuh Melambat

Dampak Larangan Ekspor Batubara, Perekonomian Kalsel Tumbuh Melambat

Banjarmasin, Gatra.com – Perekonomian Kalimantan Selatan (Kalsel) pada Triwulan-I 2022 tumbuh melambat yaitu 3,49% (year-on-year/yoy) jika dibanding Ttriwulan sebelumnya yang tumbuh 5,55% (yoy).

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Kalsel, Imam Subarkah mengungkapkan, perlambatan antara lain disebabkan oleh kinerja lapangan usaha (LU) pertambangan yang terkontraksi sebagai dampak dari pemberlakuan larangan ekspor batubara pada awal 2022.

Baca Juga: Embargo Ekonomi AS-NATO, Harga Acuan Batubara April Tembus US$288,40 per Ton

"Selain itu, keterbatasan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) akibat faktor trek turut mempengaruhi perlambatan kinerja sektor pertanian dan industri pengolahan, terutama crude palm oil (CPO)," terang Imam kepada awak media di Banjarmasin, Jumat (20/5).

Pandemi Covid-19 yang semakin terkendali dan pelonggaran PPKM telah mendorong peningkatan aktivitas perekonomian dan peningkatan permintaan masyarakat. Kondisi ini serta trend/pola musiman selama puasa dan Idulfitri, mendorong kenaikan inflasi Provinsi Kalimantan Selatan pada April 2022 menjadi sebesar 1,15% (month-to-month/mtm), lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang inflasi 0,93% mtm. Secara year-to-date, inflasi sampai dengan April 2022 tercatat 2,69%.

"Inflasi terutama didorong oleh inflasi angkutan udara sejalan dengan peningkatan permintaan pada periode cuti bersama dan mudik lebaran di tengah kenaikan harga avtur. Selain itu, inflasi juga bersumber dari kenaikan PPN, harga minyak goreng sebagai dampak dari pencabutan HET minyak goreng kemasan serta kenaikan harga BBRT dan BBM nonsubsidi sejalan dengan peningkatan harga migas dunia," bebernya.

Baca Juga: Jembatan Terancam, Tongkang Batubara Dilarang Melintas di Perairan Lalan Muba

Sejalan dengan peningkatan aktivitas ekonomi, tekanan permintaan terhadap barang dan jasa diprakirakan juga meningkat sehingga berpotensi mendorong kenaikan inflasi. Namun kapasitas produksi yang terpasang saat ini masih dapat memenuhi peningkatan permintaan dimaksud sehingga inflasi akan tetap terkendali.

"Kami juga menghimbau kepada seluruh komponen masyarakat untuk berbelanja bijak sesuai kebutuhan dan tidak melakukan penumpukan stok barang karena pasokan barang terjaga," cetusnya.

Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi agar berada dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2022.

Baca Juga: Tertinggi Sejak September 2019, Inflasi April 3,47% Cermin Peningkatan Aktivitas Ekonomi

Untuk mendukung pengembangan perekonomian Kalsel, transformasi ekonomi menjadi penting dilakukan dengan tujuan meningkatkan daya saing daerah yang memiliki SDA terhadap dinamika global. Saat ini, struktur ekspor Kalsel yang didominasi oleh SDA seringkali dipengaruhi oleh fenomena Commodity Boom, yaitu peningkatan kinerja ekspor didorong harga komoditas yang tinggi. Di sisi lain, kondisi tersebut juga menyebabkan kerentanan ekonomi terhadap gejolak/volatilitas harga.

"Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan penguatan struktur ekonomi Kalsel yang dapat dilakukan melalui transformasi manufaktur. Pertumbuhan nilai ekspor komoditas low, medium, dan high tech manufactures lebih stabil dibandingkan komoditas primer," cetusnya.

Imam berujar, dukungan program hilirisasi perlu terus didorong untuk mendukung penguatan manufaktur, antara lain pengembangan gasifikasi batubara, produk oleochemical, mendorong pengembangan industri ban dan aspal karet, serta produk olahan udang.

Baca Juga: Pasca Pandemi, Pemerintah Usung Pariwisata Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan

Kemudian,dalam rangka menjaga momentum pemulihan pertumbuhan ekonomi dan mendorong penguatan struktur ekonomi Kalsel, identifikasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru sangat diperlukan. Hasil Growth Diagnostic BI Kalsel, salah satu sektor yang berpotensi dikembangkan adalah pariwisata berbasis alam dan budaya.

Pemerintah mendorong pemulihan aktivitas pariwisata di masa pandemi melalui implementasi sertifikat CHSE untuk meningkatkan level of confidence wisatawan dalam berwisata. Hingga akhir 2021, terdapat sebanyak 103 usaha tersertifikasi CHSE di Kalsel. Sertifikasi CHSE pada usaha pariwisata menjadi salah satu pendorong pemilihan aktivitas oleh wisatawan.

"Untuk mewujudkan sektor pariwisata sebagai sumber baru pertumbuhan ekonomi Kalsel, koordinasi dan kerja sama antar-stakeholder di daerah diperlukan untuk menyiapkan aspek infrastruktur maupun fasilitas pendukung pariwisata. Ke depan, pengembangan pariwisata Kalsel juga perlu diarahkan pada Quality Tourism melalui pengembangan 3A (Atraksi, Aksesbilitas, Amenitas) 2P (Pelaku Usaha dan Promosi)," tukasnya.

223