Home Pendidikan Muktamar, Momentum Perlihatkan Muhammadiyah keInternasional

Muktamar, Momentum Perlihatkan Muhammadiyah keInternasional

Sukoharjo, Gatra.com - Seminar Pra Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 digelar di Edutorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari Senin - Selasa (30-31/5/2022) tersebut mengusung tema Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah.

Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilization (CDCC) Din Syamsuddin, salah satu narasumber menyampaikan, peran Muhammadiyah memiliki kesempatan untuk menyampaikan gagasan Islam jalan tengah (wasathiyah) atau moderat kepada dunia. Apa yang dijalankan Muhammadiyah cocok untuk dunia Islam.

"Islam Indonesia kadang masih dipandang sebelah mata dan dianggap remeh. Untuk menghapus kesan itu perlu berbagai kegiatan mengundang tokoh-tokoh dunia ke Indonesia. Kita jadi pengundang, bukan yang diundang," terangnya.

Menurutnya, Muktamar Muhammadiyah di Solo menjadi momentum untuk memperlihatkan peran Muhammadiyah dan umat Islam Indonesia di tingkat internasional. Sebab Muhammadiyah sangat qualified menjadi motor penggerak tak hanya di Indonesia, juga dunia, dimana infrastruktur gerakannya cukup kuat.

Dilanjutkan dia, sekarang di berbagai belahan dunia terjadi konflik dan peperangan. Rusia dan Ukraina perang. Lalu ada konflik bersenjata di 120 lokasi di dunia, manusia saling bunuh. Selain konflik, ada pula masalah kemiskinan, kesenjangan, kerusakan ekologi, hingga kekekerasan. Di dunia Islam juga sama, yakni juga dilanda kemiskinan, kebodohan, dan sulit bersatu. 

"Juga tampilnya kelompok-kelompok yang membawa pesan Islam atau membawa Islam dengan kekerasan baik verbal dan lain-lain," ucapnya.

Belum lagi ada kebencian terhadap Islam. Namun demikian, dia melihat menjadikan masalah dan tantangan itu menjadi peluang bagi Muhammadiyah untuk terlibat dalam peran global.

Dia menyebut, ada 29 pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah (PCIM) di berbagai negara. Kemudian Muhammadiyah memiliki sister organization, yaitu organisasi yang memiliki kesamaan dengan persyarikatan yang didirikan K.H. Ahmad Dahlan, baik logo hingga corak gerakannya. Namun, sister organization itu tak ada hubungan struktural dengan Muhammadiyah Indonesia.

Selain sebagai tempat berkumpulya keluarga besar Muhammadiyah di luar negeri, PCIM juga menjadi duta maupun mediator dengan lembaga pendidikan, pemerintah, dunia usaha, termasuk untuk berdakwah untuk kalangan setempat. 

"Kalau ini saja bisa kita lakukan, internasionalisasi Muhammadiyah lebih baik," tandasnya.

1171