Home Ekonomi Zulhas Sebut Persoalan Migor Bukan Karena Mafia, SPKS: Kontraproduktif

Zulhas Sebut Persoalan Migor Bukan Karena Mafia, SPKS: Kontraproduktif

Jakarta, Gatra.com – Pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan atau yang kerap disapa Zulhas terkait kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng mendapat respons dari Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS).

"Pernyataan Mendag Zulkifli kontraprofuktif dengan upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung yang melakukan penangkapan terhadap tersangka dugaan mafia minyak goreng." ujar Sekjen SPKS, Mansuetus Darto kepada Gatra.com, Selasa (21/6).

Sebelumnya, Zulhas menyebut kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng bukan lantaran ulah mafia. Politisi dari Partai Amanat Nasional (PAN) itu menilai kelangkaan terjadi dipicu oleh kenaikan harga pasaran internasional dan di saat yang sama, pemerintah gagal mengantisipasi hal tersebut.

"Enggak, saya kira bukan persoalan mafia, tidak mafia," ujar Zulhas kepada awak media di Istana Kepresidenan, Senin kemarin (20/6).

Darto menilai, sejatinya Mendag perlu mendukung Kejaksaan untuk membersihkan bisnis kotor yang dilakukan mafia di industri sawit maupun minyak goreng.

"Apa yang dikatakan Mendag justru dipandang menutup-nutupi persoalan besar mafia migor yang merugikan masayarakat banyak," tegasnya.

Di samping itu, Darto melanjutkan, pernyataan Mendag juga kontraproduktif dengan kebijakan yang tegas dari Presiden untuk lakukan pelarangan sementara ekspor CPO dan bahan baku minyak goreng dalam menanggapi ketidakpatuhan para konglomerat indusri sawit untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan ingin mengambil keuntungan yang lebih besar melalui ekspor CPO keluar negeri di saat kenaikan harga pasar internasional.

"Praktik ketidakpatuhan konglomerat ini juga dihadapkan pada kegagalan pemerintah, terutama dalam hal ini Mendag terkait pengawasan praktik mafia yang sering kali terjadi serta pengambilan kebijakan untuk memproteksi harga migor dalam negeri," ujarnya.

Darto menegaskan bahwa industri sawit ini masih kental dengan dominasi oleh beberapa konglomerat besar yang mampu menentukan harga dan distribusi CPO di Indonesia.

"Ini bisa kita lihat setelah penangkapan mafia migor, kebijakan pelarangan sementara ekspor belum diputuskan, tetapi harga TBS sawit di tingkat petani terjadi gejolak yang cukup signifikan," katanya.

Dari fenomena tersebut, Darto menilai praktik mafia dan permainan harga sawit itu memang benar-benar nyata terjadi. Menurutnya, terlalu jauh dan terkesan menyederhanakan persoalan jika sebatas mengambil faktor kenaikan harga CPO internasional sebagai dalang di balik kenaikan dan kelangkaan minyak goreng serta anjloknya harga TBS di tingkat petani.

52