Home Gaya Hidup Anak Perlu Kenal Cita Rasa, MSG Aman Dikonsumsi

Anak Perlu Kenal Cita Rasa, MSG Aman Dikonsumsi

Jakarta, Gatra.com- Dokter spesialis anak dan edukator Kesehatan Ardi Santoso mengatakan, anak-anak harus dikenalkan dengan cita rasa makanan yang lezat sejak kecil. Karena itu, tidak ada masalah apabila orangtua menambahkan Monosodium Glutamat (MSG) di makanan yang dikonsumsi anak-anak.

“MSG itu bukan zat asing untuk tubuh. MSG juga aman untuk dikonsumsi semua tahapan usia, bahkan bayi pun memiliki kemampuan metabolik yang sama dengan orang dewasa," Ardi saat menjadi pembicara dalam webinar Amankah MSG untuk Anak dan Solusi Tumbuh Kembang Anak yang Optimal, yang diselenggarakan Ajinomoto bekerja sama dengan Katadata, Selasa (2/8).

Menurutnya, kadar keamanan MSG juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) dan Peraturan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dengan batasan secukupnya. Sebagai informasi, kadar keamanan penggunaan penyedap rasa MSG diatur dalam Permenkes Nomor 33 Tahun 2012 tentang Bahan Tambahan Pangan, yang menyatakan MSG aman dikonsumsi sebagai bahan penguat rasa atau umami

Bahkan, lanjut dia, air susu ibu juga mengandung glutamat, yaitu 44,17 persen dari total protein yang dikandungnya. Ini yang membuat bayi ketagihan ASI karena rasanya yang gurih.

WHO juga menyebut konsumsi glutamat sesuai dengan kebutuhan tidak akan berdampak pada kesehatan. Lebih lanjut Ardi menyebut, belum ada penelitian yang membuktikan seputar mitos MSG yang berdampak serius bagi kesehatan manusia.

“MSG boleh gak yah, berbahaya gak yah, pasti ada pertanyaan itu. Anak anak butuh makanan lezat, cita rasa yang enak gak mungkin hambar tapi ada takarannya, gula, garam, lemak. Tapi untuk MSG gimana? Jangan ragu yah, MSG tidak berbahaya asal dikonsumsi secukupnya,” jelas Ardi.

Ardi mengatakan, konsumsi MSG sangat merata di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Fakta ini menepis anggapan bahwa mengonsumsi micin bikin bodoh pada anak. Nyatanya, MSG sama sekali tidak membuat anak menjadi bodoh.

"Jadi kalau memang MSG bikin bodoh, tentu saja seluruh negara tidak akan mengonsumsi MSG dengan jumlah yang banyak," kata Ardi

Selain dianggap menjadi pemicu kebodohan pada anak, mitos lainnya yang berkembang yakni MSG dapat mengganggu fungsi kerja otak, generasi micin, meningkatkan risiko asma, meningkatkan kanker, dan memicu kelebihan berat badan.

Ardi menegaskan bahwa itu semua hanya mitos. Karena faktanya, tidak ada kaitan antara pemberian MSG dengan gangguan fungsi otak, risiko asma, risiko kanker, ataupun memicu kelebihan berat badan.

Karena kenyataannya, kadar natrium (Na) pada MSG lebih sedikit ketimbang garam dapur. MSG mengandung 12% Na, sedangkan garam dapur 39%. Artinya, kandungan Na di MSG lebih sedikit dibandingkan garam dapur sehingga risiko hipertensi akibat konsumsi Natrium berlebih lebih tinggi pada garam dapur.

Selain itu, sebuah studi mengungkapkan pengurangan garam dengan menambahkan MSG ke dalam masakan, dapat mengurangi kandungan Natrium sebesar 30% tanpa mengurangi kelezatannya. Caranya, dengan mengurangi konsumsi garam dapur risiko hipertensi dapat dihindari.

"Peran MSG pada kesehatan tubuh manusia sangat banyak, mulai dari membantu pencernaan usus hingga dapat mengontrol nafsu makan," kata dia.

Menurut Psikolog Irma Gustiana Andriani, orangtua perlu belajar dalam menyikapi kegiatan makan pada anak. Ayah dan bunda, harus bisa memastikan anak dapat asupan makanan yang bergizi.

"Pada intinya adalah, kita semua perlu belajar menyikapi kegiatan makan anak dan jangan lupa, cita rasa sangat penting menggugah selera anak dalam aktivitas makan," kata Irma.

Public Relations Department Head PT AJINOMOTO Indonesia, Grant Senjaya mengungkapkan, Ajinomoto kini sedang mengampanyekan bijak penggunaan garam. Kampanye tersebut sejalan dengan kampanye yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) ihwal pentingnya membatasi konsumsi gula, garam dan lemak.

Melalui kampanye Bijak Garam yang sedang digiatkan ini, perusahaan yang berdiri sejak 1969 itu ingin mengedukasi masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam serta mengajak keluarga Indonesia untuk hidup lebih sehat dengan mengurangi penggunaan garam di dalam masakan. "Bagi Ajinomoto, gizi yang baik adalah hal besar yang kami soroti dan merupakan modal penting bagi pertumbuhan generasi masa depan," katanya.

Menurut Grant, anak-anak di Indonesia membutuhkan gizi yang baik dan lengkap untuk tumbuh kembangnya. Dengan begitu, perkembangan mental dan fisik anak-anak di Indonesia jadi lebih baik sehingga menjadi generasi yang akan tumbuh dan berkembang di masa depan.

261