Home Ekonomi Ketahanan Pangan di Indonesia Dinilai Sudah Sesuai dengan Standar WHO

Ketahanan Pangan di Indonesia Dinilai Sudah Sesuai dengan Standar WHO

Jakarta, Gatra.com - Sejak tahun 2015 hingga 14 Agustus 2022, pemerintah telah meresmikan 29 bendungan besar dan akan bertambah terus hingga 38 bendungan hingga akhir tahun serta 61 bendungan di tahun 2024 nanti. Selain bendungan, pemerintah juga membangun 1,1 juta jaringan irigasi yang dibangun selama 7 tahun terakhir.

Indonesia saat ini sudah tidak impor pangan selama tiga tahun lebih, hal ini yang akan terus dipertahankan oleh pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan di negeri ini.

Budi Cahyanto, selaku Kepala Divisi Pengadaan Komoditi, Perum Bulog dalam diskusi Ketahanan Pangan di Indonesia menyatakan, untuk stok beras masih tinggi, stoknya masih 1,1 juta ton. Ia mengaku bahwa beras di Indonesia bahkan bisa di eksplor ke beberapa negara yang mengalami krisis pangan serta beberapa pangan di Indonesia sesuai dengan Standar WHO.

“Dengan stok yang banyak. Kami yakin kita bisa ekspor ke negara tetangga” katanya.

Budi menambahkan, untuk masalah pangan lain, seperti jagung, menurutnya masih banyak produksi dan surplus sampai 3 juta ton. Hal inilah yang membedakan produksi ketahanan pangan di Indonesia dengan negara lain yang mengalami krisis pangan pasca perang Rusia-Ukraina.

“Namun ada permasalahan pada sistem teknologi dalam pengeringan sehingga masih terjadi penjamuran di beberapa jagung sebelum diproduksi.” jelasnya.

Oleh karena itu, Budi berharap pemerintah akan mawas terhadap masalah teknologi. Mengingat adaptasi di era sekarang yang semakin maju, namun produksi pangan masih banyak keterhambatan sebelum disebarluaskan ke masyarakat.

“Produksi beras, jagung serta daging yang cukup membuat kita ingin setidaknya ekspor ke beberapa negara, namun itu semua kembali ke pemerintah lagi bagaimana baiknya” tegasnya.

Sekadar mengingatkan, Budi menambahkan, Indonesia merupakan produsen beras terbesar kedua di dunia. Posisi pertama ditempati Cina. Hanya saja, tambahnya, memang konsumsi beras di Indonesia cukup tinggi.

"Produksi pertama itu ada di hina, kemudian yang kedua di Indonesia. Jadi menurut saya Indonesia memiliki potensi untuk untuk melakukan ekspor," paparnya.

Namun, menurut Budi, beras-beras yang diekpor harus merupakan beras-beras varian khusus yang hanya ada di Indonesia. Seperti Pandan Wangi, Rojo Lele dan Mentik Wangi atau beras Mentik. Dimana beras ini tidak ditemukan di tempat lainnya di dunia.

"Kalau itu mungkin tantangan ke depan bagaimana BULOG bisa membuka peluang ekspor ke negara-negara yang memang membutuhkan," tambahnya.

109