Jakarta, Gatra.com – Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Jubir Kemenkes) Mohammad Syahril mengklaim bahwa pihaknya telah bersiap untuk mengantisipasi potensi lonjakan kasus cacar monyet di Indonesia pada masa mendatang. Bahkan, Kemenkes pun telah bersiap jauh sebelum kemunculan kasus pertama cacar monyet di Indonesia, pada 20 Agustus 2022 silam.

“Kita sudah siap dengan kewaspadaan, kemudian membuat edukasi, sosialisasi, ke masyarakat,” ujar Syahril, ketika ditemui di acara peresmian nama Gedung DR. R. Soeharto sebagai nama gedung sekretariat Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (30/8).

Lebih lanjut, Syahril mengimbau masyarakat untuk mengikuti anjuran Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), agar berhati-hati dengan penyebaran virus cacar monyet tersebut. Ia pun mengatakan bahwa hal tersebut tak terbatas pada konteks Indonesia saja, namun pada konteks dunia.

“Gampang kok, hati-hatinya. Waspada untuk menghindari orang-orang yang bergejala positif. Dan ini lebih gampang ngeilhatnya daripada Covid-19. Kalau Covid-19 kan gak kelihatan ya, tahu-tahu kalau positif gitu ya. Kalau ini gak bisa,” ujar Syahril. Pasalnya, lanjut Syahril, salah satu gejala cacar monyet adalah munculnya lesi pada permukaan kulit.

Sementara itu, Syahril pun menegaskan bahwa perketatan arus transportasi, baik melalui jalur darat, laut, dan udara, untuk mencegah penyebaran cacar monyet, tidak dapat dilakukan melalui tes, seperti antigen ataupun PCR dalam konteks Covid-19. Oleh karena itu, perketatan pun dilakukan melalui pemeriksaan suhu dan dokumen perjalanan.

“Contoh, penumpang pesawat ini ada tiga ratus gitu ya. Nah itu, dari awak pesawatnya harus sudah mendata nama-nama pasiennya,” kata Syahril dalam kesempatan tersebut. Hal itu Syahril paparkan, untuk menjawab rekomendasi terkait perketatan jalur transportasi, sebagai upaya untuk mencegah penularan cacar monyet.