Home Ekonomi Ritel Modern Punya Peran Strategis Dukung Pertumbuhan Ekonomi

Ritel Modern Punya Peran Strategis Dukung Pertumbuhan Ekonomi

Jakarta, Gatra.com – Eksistensi ritel modern rupanya memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pasalnya, ritel modern berada di sektor hilir, di mana masyarakat melakukan konsumsi.

Dengan kata lain, ritel modern memiliki kontribusi dalam memenuhi konsumsi rumah tangga, yang mana menjadi kontributor mayor dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia selama lebih dari dua dekade, bahkan dengan jumlah kontribusi yang tak pernah di bawah angka 50%.

“Berarti, produk-produk yang dijual di ritel modern, sangat penting untuk dapat mendukung pertumbuhan ekonomi kita,” ujar Chairman APRINDO Roy N. Mandey, dalam acara webinar “Entering Modern Retail for SMEs”, pada Kamis (8/9).

Lebih lanjut, Roy mengatakan bahwa kehadiran ritel modern memiliki esensi tersendiri, baik bagi konsumen maupun produsen. Terkhusus konsumen, ritel modern memiliki andil untuk menjaga kestabilan dan konsistensi harga bagi masyarakat. Sementara itu, ritel modern juga berperan dalam menggerakan roda produsen, yakni produsen manufaktur dan usaha kecil mikro menengah (UMKM) yang produk-produknya dijual oleh ritel modern.

“Peran ritel modern ini, yang dua hal ini, sangat strategis. Bisa dibayangkan, pada saat tidak ada pertumbuhan ritel modern, maka produksi daripada pabrikan atau produksi dari Saudara-saudari, Ibu, Bapak, Saudara, dalam UMKM, bagaimana menjualnya?” tekan Roy.

Ia pun mengatakan bahwa, tanpa adanya ekspansi ritel modern, maka hasil-hasil produksi dari dua jenis produsen tersebut akan terus mengendap dan berhenti di gudang. Sama halnya dengan UMKM, yang tetap membutuhkan pasar meski eksistensi mereka telah didorong oleh lembaga-lembaga pemerintahan.

Roy menambahkan, walaupun online shop dapat menjadi pilihan alternatif, kondisi individualis dalam lingkungan online shop justru berpotensi memperkuat daya saing dan memicu harga jual menjadi berfluktuasi. Sama halnya dengan pasar tradisional yang harga jualnya cenderung tidak stabil.

Namun demikian, Roy menyebut bahwa peran produsen, baik manufaktur maupun UMKM pun sama strategisnya. Meski begitu, UMKM memiliki posisi yang berbeda dengan produsen manufaktur, yang cenderung sudah memahami bisnis model dari usaha yang mereka miliki. Ia pun berharap UMKM dapat maju bersama ritel modern.

“Kita sangat berharap bahwa UMKM itu dapat berkembang, bahkan dapat maju, bersama dengan ritel modern,” ujar Roy.

Pasalnya, ia melihat bahwa Indonesia, sebagai negara dengan penduduk dan kondisi geografis yang beragam, cenderung memiliki karakteristik khusus yang tak melulu dapat dipahami oleh suatu pihak secara general. Oleh karena itu, Roy menyebut pelaku UMKM lah yang paling memahami karakteristik khusus setiap daerah tersebut. Berbeda dengan manufaktur, yang cenderung membuat produk-produk yang dapat diterima secara global.

Terlebih, saat ini pun, kata Roy, pemerintah telah mengisyaratkan bahwa ritel modern perlu mengakomodasi UMKM. Hal itu tertuang dalam Pasal 7 Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 23 Tahun 2021, di mana ritel modern diwajibkan untuk menyediakan ruang sebanyak 30% bagi pelaku UMKM untuk mempromosikan dagangan mereka.

Dengan kata lain, ritel modern juga membutuhkan UMKM agar dapat senantiasa eksis di Tanah Air. Apalagi, Roy mengatakan bahwa pada praktiknya, produk-produk UMKM yang kini dijajakan oleh ritel modern sendiri bahkan telah mencapai 35% dari keseluruhan produk. Mengingat, produk-produk UMKM tak hanya terbatas pada makanan dan minuman, namun juga meliputi kerajinan tangan atau bahkan obatan-obatan herbal.

“Jadi, ritel modern sangat memerlukan UMKM karena untuk bisa eksis,” tegas Roy dalam diskusi tersebut. “Oleh karenanya, ketika UMKM masuk, pasti, ketika itu barangnya sesuai dengan konsumsi masyarakat, pasti kita adopt dan pasti kita akan jualkan.”

195