Home Ekonomi Prof. Yos Optimistis Publik Respons Positif IPO Saham Primaya Hospital

Prof. Yos Optimistis Publik Respons Positif IPO Saham Primaya Hospital

Jakarta, Gatra.Com – Pendiri dan Komisaris Utama (Komut) Primaya Hospital, Prof. Yos Effendi Susanto, optimistis bahwa publik akan merespons positif IPO saham Primaya Hospital meski kondisi ekonomi dunia dalam bayang-bayang resesi.

“Sekarang ekonomi situasinya turbulensi, resesi. Di tengah-tengah situasi seperti ini, sektor mana yang bisa bertahan,” katanya dalam konferensi pers penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham Primaya Hospital di Jakarta, Senin (17/10).

Ia menyampaikan, seperti disampaikan berberapa analis ekonomi bahwa IPO yang dipilih atau dicari para investor pada tahun ini adalah sektor kesehatan. Pasalnya, sektor ini sangat dibutuhkan dalam kondisi apapun.

“Memang sektor kesehatan ini, di tengah-tengah resesi, atau apa tapi orang selalu butuh. Jadi satu kebutuhan,” ujarnya.

Yos memprediksi bahwa sektor kesehatan ini kian menjanjikan dan terus menggeliat setelah pandemi Covid-19. “Untuk jangka ke depan 2023, 2024, saya kira kesehatan masih terus. Kalau saya lihat di mana-mana juga masih cari sektor kesehatan,” katanya.

Baca Juga: PalmCo Bakal IPO Tahun Depan, PTPN III Bidik Dana Rp10 Triliun

Direktur Utama (Dirut) Primaya Hospital, Arfan Awaloeddin, menyampaikan, pihaknya bertekad terus memperbesar jaringan untuk membantu pemerintah di bidang kesehatan melalui pelayanan terbaik.

“Untuk mampu memberikan lahyanan terbaik itu butuh transformasi, tata kelola yang baik. Kami tidak hanya berpikir untuk masyarakat Jabodetabek, tapi menjangkau semua,” katanya.

CEO Primaya Hospital, Leona A Karnali, mengatakan, pihaknya melakukan penawaran saham kepada publik melalui mekanisme penawaran umum perdana (IPO) sebanyak 302.222.300 lembar.

“Saham berkode PRAY ini ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Rp900 sampai dengan Rp950 per lembarnya,” kata dia.

Ia menjelaskan, penawaran dari rumah sakit (RS) yang masuk dalam jaringan RS swasta di Indonesia di bawah holding PT Famon Awal Bros Sedaya ini, merupakan saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah saham baru dan dikeluarkan dari portepel perseroan.

"Persentase kepemilikan masyarakat mewakili sebanyak 2,17% dari modal ditempatkan dan disetor perseroan pada saat tanggal pencatatan," katanya.

Masa penawaran awal (bookbuilding) IPO berlangsung pada tanggal 14–21 Oktober 2022 dan perkiraan pencatatan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 8 November 2022. Untuk merealisasikan IPO ini, perseroan telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter).

Leona menyampaikan, pelaksanaan IPO ini bertujuan untuk pengembangan Primaya Hospital Group yang tengah tumbuh pesat dan berkelanjutan untuk masa depan. Sekitar 50% dari dana IPO akan dialokasikan sebagai dana tambahan perolehan tanah untuk pembangunan rumah sakit di kota-kota besar di Pulau Sumatera dan Jawa.

"Sekitar 25% untuk dana tambahan biaya pengembangan gedung dan layanan rumah sakit yang telah ada, sisanya sekitar 25% akan digunakan untuk dana tambahan pembiayaan pembangunan gedung rumah sakit baru," ujarnya.

Ia mengungkapkan, Primaya Hospital menyediakan berbagai layanan kesehatan dengan spesialisasi komprehensif yang mendukung pencepatan pertumbuhan organik. Pusat Layanan Jantung dan Pembuluh Darah Primaya Hospital melayani lebih dari 5000-6000 tindakan pemasangan stent per tahun.

Untuk memberikan pelayanan terbaik di bidang itu, lebih dari 40 dokter spesialis jantung dan teknologi, dan dapat melakukan berbagai tindakan diagnostik, seperti katerisasi jantung, tindakan minimal invasif seperti pemasangan stent, perbaikan pembuluh darah, rotablation angioplasty, FFR, intravascular ultrasound, dan tindakan perbaikan eletrofisiologi jantung, pemasangan pacemaker, sampai tindakan bedah jantung.

Selanjutnya, Pusat Layanan Ibu dan Anak selain persalinan, melayani tindakan inseminasi, fertilitas, bayi tabung, dan bedah pada bayi dan anak, serta kemoterapi anak. Sedangkan Pusat Layanan Kanker dilengkapi dengan berbagai fasilitas, mulai dari diagnostik, terapi hingga paliatif.

Leona menyampaikan, ada pula Pusat Layanan Trauma dapat melakukan berbagai tindakan perbaikan lutut, ligamen, pinggang dan tulang belakang, baik secara pembedahan maupun minimal invasif. Selain itu, Primaya Hospital juga memiliki pusat layanan mata, otak, dan saraf.

“Semua keunggulan tersebut bukan hanya sekadar klaim, Primaya Hospital telah mengantungi akreditasi internasional rumah sakit dari Joint Comission International (JCI) berbasis di Amerika Serikat yang hanya dimiliki oleh 23 dari 3000 rumah sakit di Indonesia,” katanya.

Selain itu, ujar Leona, pihaknya juga mendapatkan akreditasi nasional dari badan akreditasi di Indonesia. Untuk memastikan mutu pelayanan tetap terjaga, dilakukan juga audit internal secara berkala dengan menerapkan standardisasi operasional yang sama di seluruh jaringan rumah sakit.

Sedangkan terkait prospek bisnis, Leona mengatakan, saat ini, bisnis di bidang kesehatan di Indonesia terus meningkat, di antaranya adalah rumah sakit, peralatan kesehatan, obat-obatan, dan juga asuransi kesehatan.

Baca Juga: Stockbit Bantu Monitor Perusahaan Melantai di BEI Lewat e-IPO

“Kesadaran masyarakat akan kesehatan yang semakin tinggi, pangsa pasar yang luas dan bertumbuh, memperkuat potensi bisnis rumah sakit yang berperan sebagai ujung tombak sektor kesehatan,” ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa saat ini, ketersediaan fasilitas kesehatan dengan rasio tempat tidur 1,4 per 1000 penduduk masih perlu ditingkatkan, jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang telah memiliki rasio tempat tidur 4 sampai 13 per 1000 penduduk.

“Pertumbuhan bisnis rumah sakit juga didukung oleh program pemerintah yang dirancang untuk memperkuat sumber daya manusia dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia,” katanya.

Sedangkan untuk strateginya, Leona mengatakan, pihaknya mengupayakan tujuh hal utama untuk memacu pertumbuhan, antara lain menyediakan layanan prima yang terjangkau dan dapat diakses oleh masyarakat, menyasar segmentasi yang memiliki pangsa pasar luas.

Kemudian, menerapkan standar operasional berbasis teknologi informasi yang mengutamakan mutu dan keselamatan pasien, memperkuat hubungan dengan seluruh pemangku kepentingan, mengembangkan layanan kesehatan lainnya yang mendukung pertumbuhan grup secara berkesinambungan.

“Mempertahankan sumber daya utama yakni dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya melalui lingkungan dan budaya kerja yang positif dan berkualitas,” katanya.

805