Home Ekonomi Pakar Nilai Keputusan BI Naikan Rate 50bps Cukup Agresif dan Taktis

Pakar Nilai Keputusan BI Naikan Rate 50bps Cukup Agresif dan Taktis

Jakarta, Gatra.com - Keputusan Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada hari Kamis (20/10) lalu yang memutuskan untuk menaikkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 50 bps menjadi 4,75%, suku bunga Deposit Facility sebesar 50 bps menjadi 4,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 50 bps menjadi 5,50%.

Ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED), Ryan Kiryanto, menilai bahwa keputusan tersebut cukup agresir dan taktis antisipatif.

Baca JugaPemerintah Sebut Rantai Pasok Penyebab Inflasi, Pengamat: Pakai Teknologi!

"Saya menilai tepat, taktis dan jelas keputusan ini menyiratkan langkah BI yang front loaded, pre-emptive, dan forward looking, terutama untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting)" jelasnya dalam siaran pers, Jumat (21/10)

Perlu diketahui inflasi saat ini berkisar 6-7% pasca kenaikan harga BBM yang lalu dan sekaligus memastikan inflasi inti ke depan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% (dengan jangkar 3%) lebih awal dari perkiraan semula yaitu menjadi ke paruh atau semester pertama 2023.

Tak kalah pentingnya, keputusan BI tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga dan memperkuat kebijakan upaya menstabilkan pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS agar sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Hal tersebut merupakan akibat semakin kuatnya mata uang dolar AS terhadap mata uang di seluruh dunia dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global karena ekses perang di Ukraina di tengah peningkatan permintaan ekonomi domestik yang tetap cukup kuat karena konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil di atas 5% yoy dalam tiga kuartal terakhir ini.

"Dalam hal ini, sebenarnya Deperesiasi Rp terjadi karena faktor sentimen, bukan karena faktor fundamental. Ini karena the Fed menaikkan FFR sangat agresif (untuk memerangi inflasi yg sempat nyentuh 9% supaya turun ke target 2%), sehingga imbal hasil dalam dolar AS meningkat tajam yg mendorong para pemilik dana atau investor memburu dolar AS sebagai safe heaven investment di saat situasi ketidakpsstian global meningkat," terangnya.

Baca JugaFragmentasi Perkembangan Masyarakat Dalam Kemasan Pameran ICAD

Dengan kenaikan FFR yang agresif (325 bps dari posisi sebelumnya 0-25 bps) sedangkan bank sentral negara lain (termasuk BI) menaikkan suku bunga acuan dalam besaran basis poun yang lebih kecil (yakni 75 bps menjadi 4,25% saat ini, sebelum naik lagi sebesar 50 bps menjadi 4,75% hari ini) sehingga selisih FFR dgn BI Rate menjadi hanya 150 bps atau 1,5%; sementara sebelumnya berkisar 250-300 bps.

"Melemahnya Rupiah yg cukup tajam akhir-akhir ini memang anomali karena sejatinya fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan AS, tetapi karena faktor sentimen global yg membuat Rupiah dan mata uang lainnya baik di negara maju maupun negara berkembang terkoreksi oleh dolar AS yang menciptakan fenomena baru, yakni super strong US Dollar saat ini," paparnya.

84