Home Internasional CDNLAO ke-28 Indonesia, Presiden IFLA: Perpusnas Tanggung Jawab Dokumentasikan Sejarah

CDNLAO ke-28 Indonesia, Presiden IFLA: Perpusnas Tanggung Jawab Dokumentasikan Sejarah

Jakarta, Garta.com – Presiden Federasi Internasional Asosisasi dan Lembaga Perpustakaan periode 2022-2023 (International Federation of Library Associations and Institutions/IFLA), Vicki McDonald, mengatakan, salah satu tugas perpustakan nasional (Perpusnas) suatu negara di antaranya bertanggung jawab untuk mendokumentasikan sejarah yurisdiksi negaranya.

Kemudian, lanjut Vicki dalam The 28th General Conference of Directors of National Libraries in Asia and Oceania (CDNLAO) atau konferensi internasional Kepala Perpustakaan Nasional di Asia dan Oseania ke-28 yang berlangsung dari Jakarta secara hybrid, memberikan layanan referensi dan penelitian serta memfasilitasi dan mendorong penelitian baru.

Vicki menjelaskan, tugas Perpusnas tersebut untuk mendukung kerja pemerintahannya masing-masing sebagaimana orasi Profesor Emeritus Peter Coaldrake di Australia. Dalam orasi tersebut, profesor menyampaikan bahwa pemerintah harus memikul beban tantangan terbesar masyarakat.

“Merenungkan pernyataan Profesor Coaldrakes, saya melihat bahwa Anda juga fokus pada masalah kompleks masyarakat saat ini,” katanya dalam keterangan pers diterima pada Rabu (26/10).

Menurutnya, sebagai pustakawan dan pemimpin perpustakaan di masing-masing negara, yakin bahwa tantangannya adalah mempertimbangkan bagaimana dapat bekerja dengan pemerintah untuk mendukung pekerjaan mereka dalam mengatasi dan menyelesaikan tantangan masyarakat.

Vicki menyebut bahwa tahun ini IFLA memasuki usia 95 tahun. Hal ini merupakan waktu yang tepat untuk merenungkan pencapaian yang diraih dan mempertimbangkan bagaimana perpustakaan agar diakui keberadaannya. Selain itu, dia mengajak untuk memikirkan kontribusi yang diberikan untuk masyarakat.

Sementara itu, Kepala Perpusnas Republik Indonesia, Muhammad Syarif Bando, yang membuka konferensi dihadiri perwakilan perpustakaan lebih dari 30 negara se-Asia dan Oseania tersebut, menyampaikan, mengangkat tema “Library Service Impacts on Community: Sustainability, Inclusion, and Innovation”.

Ia mengungkapkan, Perpusnas Republik Indonesia selaku penyelenggara konferensi ke-28 CDNLAO ini menilai bahwa situasi internasional yang kompleks saat ini menjadi tantangan bagi perpustakaan dalam mengedepankan ide yang didasarkan pada akses yang adil terhadap informasi.

Menurutnya, sudah seharusnya perpustakaan terlibat penuh dalam mendukung Pembangunan Berkelanjutan atau SDG’s untuk mengakhiri kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan, dan melindungi planet, melalui pencapaian 17 tujuannya.

Perpustakaan dituntut tidak sekadar memberikan layanan saja tetapi juga memperhitungkan dampak dari layanan yang diberikan,” katanya.

Dalam pemulihan ekonomi dalam negeri, lanjut dia, perpustakaan memiliki peran penting sebagai ruang terbuka bagi masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup. Untuk itu, Perpusnas RI membangun paradigma perpustakaan yang berorientasi pada pemanfaatan sumber daya perpustakaan dengan proporsi terbesar adalah perpustakaan untuk transfer ilmu pengetahuan.

“Untuk penguatan perpustakaan di Indonesia, Perpusnas telah memiliki program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan perpustakaan,” katanya.

Syarif Bando menjelaskan, program tersebut merupakan upaya untuk merevitalisasi fungsi perpustakaan umum berbasis inklusi sosial. Perpustakaan umum direvitalisasi sebagai pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat, yang berkomitmen pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

“Dengan tagline literasi untuk kesejahteraan memiliki arti mewujudkan masyarakat sejahtera dengan memberdayakan perpustakaan umum,” katanya.

Menurutnya, hal tersebut sangat selaras dengan manifesto perpustakaan umum dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan berkelanjutan. Pihaknya telah membukukan testimoni dari para penerima manfaat program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial.

Buku tersebut, lanjut Syarif Bando, berjudul “Impact Stories of Library Transformation Based on Social Inclusion”. Setelah menyampaikan sambutan, ia menyerahkan buku tersebut kepada perwakilan negara yang hadir secara luring.

Manajer IFLA Regional Asia-Oseania, Lin Lin Soh, mengatakan, perpustakaan berperan mendukung Program Keberlanjutan SDG’s. Untuk itu, perpustakaan harus dapat memberikan akses informasi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dapat berkembang secara berkelanjutan, baik sosial maupun lingkungan.

Ia mengungkapkan, pihaknya telah membuat laman Library Map of the World yang memuat data perpustakaan di 135 negara, SDG’s story, serta profil 28 negara. Kanal SDG’s story memuat kegiatan dan program terkait perpustakaan yang membawa perubahan untuk mendorong tercapainya tujuan SDG’s.

“Saya berharap Anda dapat berpartisipasi karena tadi Bapak [Kepala Perpusnas], sudah menceritakan beberapa cerita. Semua ini sangat penting dan perlu dimasukkan ke web ini. Mari kita memberikan dampak yang baik untuk masyarakat kita,” katanya.

Sebagai informasi, CDNLAO ke-28 berlangsung mulai 24-27 Oktober 2022 di Jakarta. Ini merupakan ketiga kalinya Indonesia menjadi tuan rumah. Sebelumnya, Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan CDNLAO pada 2007 dan 2012.

CDNLAO ke-28 mengusung tiga subtema, yakni keberlanjutan, inklusi, dan inovasi dengan para narasumber dari Perpusnas, IFLA, Perpustakaan Nasional Iran, Perpustakaan Nasional Vietnam, Perpustakaan Nasional Filipina, Perpustakaan Nasional Singapura, Perpustakaan Nasional Qatar, dan Perpustakaan Nasional Tiongkok.

268