Home Apa Siapa Kalah Pemilu dan Karir Politik Puan Maharani

Kalah Pemilu dan Karir Politik Puan Maharani

Jakarta, Gatra.com - Ketua DPR RI Puan Maharani menyampaikan pidato ilmiah dalam upacara pengukuhannya sebagai Doktor Honoris Causa dari Pukyong National University (PKNU), Korea Selatan. Puan menceritakan latar belakang keluarganya dan perjuangannya sebagai politisi hingga berhasil menjadi orang nomor satu di DPR.

“Saya terlahir di lingkungan keluarga politisi negarawan. Sebagaimana kita ketahui bersama, kakek kami, Dr. Hc. Ir. Soekarno atau Bung Karno adalah salah satu founding fathers bangsa Indonesia, Proklamator Kemerdekaan Negara Indonesia dan Presiden Pertama Republik Indonesia,” ungkap Puan di university theater Pukyong National University (PKNU), Senin (7/11).

Baca juga: IPW Minta Masyarakat Tak Gentar Kritik Polisi

Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini juga menyinggung soal kiprah politik ibundanya, Megawati Soekarnoputri dan almarhum sang ayah, Taufiq Kiemas.

Puan menyampaikan terlahir dari keluarga politisi memiliki peranan besar hingga ia pun memilih jalur politik dalam karirnya.

“Kita tidak dapat memilih dilahirkan di mana dan di keluarga siapa. Saya bersyukur, Alhamdulillah, karena Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, mentakdirkan saya dilahirkan di keluarga Ibu Mega dan Almarhum Taufiq Kiemas,” tuturnya.

Puan mengatakan, ia mengungkap latar belakangnya untuk menyampaikan bahwa meskipun ia berasal dari lingkungan keluarga politik negarawan, namun tidak berarti dirinya dengan serta merta menjadi seorang politisi dan praktisi kenegaraan.

“Diperlukan upaya dan kerja keras diri sendiri, untuk dapat membuktikan diri dan tanggung jawab dalam mencapai eksistensi politisi yang diakui oleh publik,” ujar Puan.

“Nasib kita bukanlah hal yang harus ditunggu, tetapi nasib kita adalah hal yang harus dicapai dengan memilih jalan, menempuh, dan meraihnya dengan perjuangan,” lanjutnya.

Puan menceritakan bagaimana awalnya terjun ke dunia politik, yaitu dari pergumulan dialektika pemikirannya ketika tahun 2004 saat Pemilu Presiden secara langsung dilaksanakan pertama kali di Indonesia.

Pada saat itu, Megawati yang merupakan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) sedang menjabat sebagai Presiden ke-RI ke lima.

“Saya bertanya kepada kedua orang tua saya ‘Mengapa PDI Perjuangan, yang saat itu sebagai partai yang memerintah, tidak dapat memenangkan Pemilu?’. Saat itu, jawaban yang diberikan kepada saya adalah bahwa jawaban itu hanya dapat dijelaskan apabila saya sendiri menyelami kehidupan partai politik dan perpolitikan negara,” jelas Puan.

Baca juga: Dilaporkan Kasus Robot Trading Net89, Polri Sebut Kevin Aprilio Korban

“Mulai saat itulah, saya mengikuti kegiatan berpolitik, dengan aktif dalam kegiatan PDI Perjuangan. Sehingga secara bertahap saya dapat memahami dinamika dan dialektika politik,” sambungnya.

Puan mengatakan dalam berpolitik benturan berbagai kepentingan lumrah terjadi. Hal ini mengingat proses pengambilan keputusan kolektif yang semuanya berkaitan dengan institusi negara, kepentingan publik, serta distribusi kekuasaan, kekayaan dan sumber daya.

“Dalam berpolitik untuk mengendalikan tatanan sosial, ekonomi, budaya, dan politik, maka kita membutuhkan Ideologi sebagai Meja Statis dan Leidstar Dinamis,” kata Puan.

Meja statis yang dimaksud adalah satu dasar yang statis dan dapat mengumpulkan seluruh elemen bangsa. Sementara Leidstar Dinamis maksudnya adalah penuntun arah perjalanan bangsa.

189