Home Ekonomi Pasokan Dalam Negeri Melimpah, Kementan Ungkap Alasan Bulog Sulit Penuhi CBP 1,2 Juta Ton

Pasokan Dalam Negeri Melimpah, Kementan Ungkap Alasan Bulog Sulit Penuhi CBP 1,2 Juta Ton

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pertanian (Kementan) menegaskan bahwa stok beras di dalam negeri melimpah. Hal itu berlainan dengan pengakuan Perum Bulog yang kesulitan memenuhi stok beras pemerintah (CBP) lantaran ketersediaan pasokan terbatas.

Direktur Serealia, Kementerian Pertanian, Ismail Wahab menyebut berdasarkan data prognosa beras tahun 2022 hasil survey cadangan beras nasional (SCBN) pada Desember 2022 stok beras di dalam negeri mencapai 8,04 juta ton tersebar di masyarakat. Sebanyak 66-68% beras berada di rumah tangga.

"Memang kalau lihat sebenarnya beras itu tidak banyak di penggilingan dan pedagang," ungkap Ismail dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (18/11).

Ismail mengatakan, alasan stok beras dominan berada di rumah tangga karena bantuan pangan non tunai berupa beras selama ini juga disalurkan langsung kepada rumah tangga.

"Dan itu tidak melalui Bulog, sehingga distribusinya banyak di rumah tangga konsumen," terangnya.

Ia pun mengungkap beberapa alasan mengapa Bulog tak kunjung memenuhi mandat menyerap hingga 1,2 juta ton. Menurut dia, Bulog kesulitan mendapat pasokan beras dengan harga ditetapkan sebesar Rp9.700 per kilogram.

Sementara harga beras di penggilingan, kata Ismail rata-rata sudah sekitar Rp10.300 per kilogram.

"Saya kira wajar lah kalau orang (penggilingan) punya barang akan memasarkan barangnya pada penawaran tertinggi," ujar Ismail.

Padahal, menurut dia, berdasarkan data rekapan kesanggupan pasokan beras untuk Bulog yang dihimpun oleh Kementan bersama Bulog hingga 17 November 2022 ini mencapai 353 ribu ton. Sementara realisasi penyerapan oleh Bulog hanya sekitar 92 ribu ton.

"Data (rekapan) 350 ribu ton itu yang di penggilingan tadi itu bersama-sama dengan Bulog, jadi data itu ada di Bulog juga," ungkapnya.

Bahkan, kata Ismail, pemerintah juga telah menyarankan Bulog untuk membeli beras dengan harga pasar agar pemenuhan cadangan beras pemerintah bisa mencapai target 1,2 juta ton.

Selain itu, Ismail membeberkan, baru-baru ini perwakilan dari Jawa Tengah juga menghubungi dirinya dan menanyakan terkait kepastian Bulog bisa segara menyerap stok beras yang telah ditahan di penggilingan. Namun, Ismail menyebut keputusan untuk menyerap atau tidaknya ada di pihak Bulog. Kementan hanya membantu merekap mana saja sumber beras di penggilingan yang potensial diserap oleh Bulog.

"Kalau memang tidak ada kepastian beli ya dilepas saja, urusan dalam negeri saya kira data BPS, SCBN, dan dinas-dinas di daerah mengindikasikan beras kita cukup," imbuhnya.

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso alias Buwas pun mengakui Bulog tak sanggup melakukan penyerapan hingga 1,2 juta ton beras dari dalam negeri hingga akhir tahun ini. Ia memberi sinyal opsi importasi.

Pasalnya, menurut dia harga beras di tingkat petani maupun penggilingan sudah kepalang tinggi sekitar Rp10.500 - Rp11.000 per kilogram. Pemenuhan beras dari dalam negeri dikhawatirkan Buwas dapat memicu inflasi di masyarakat lebih tinggi. Selain itu, Buwas menyebut ketersediaan beras di lapangan memang cenderung terbatas di periode musim ini.

"Saya sudah sampaikan ke Badan Pangan Nasional bahwa kita harus cepat mengambil langkah alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini. Kalau kita mendatangkan dari luar itu juga harus secepat mungkin," ujar Buwas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi IV DPR RI pada Rabu (16/11).

287