Home Kesehatan IDAI Klaim Sudah Prediksi KLB Polio

IDAI Klaim Sudah Prediksi KLB Polio

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah mengatakan penetapan status kejadian luar biasa (KLB) penyakit polio di Indonesia saat ini sesuai prediksinya. Ia menyebut vaksinasi yang rendah menyebabkan penyakit polio muncul lagi di masyarakat setelah delapan tahun terbebas.

"Sebetulnya ini sesuai prediksi artinya cakupan vaksinasi itu menurun," kata Piprim usai menghadiri pembukaan Pekan Ilmiah IDAI di Hotel ShangriLa, Jakarta, Minggu (20/11).

Piprim menjelaskan, Indonesia sebenarnya telah ditetapkan bebas polio oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sejak 2014. Teranyar, Kementerian Kesehatan menetapkan KLB polio usai ditemukannya satu kasus polio tipe 2 pada anak usia 7 tahun di Provinsi Aceh.

Padahal menurut Piprim, Polio merupakan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi. "Aceh kan sejarah panjangnya cakupan vaksinasinya sangat rendah. Itu yang kemudian kita sudah prediksikan," ujarnya.

Ia pun mengakui, vaksinasi polio melalui program Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) terhambat sejak adanya pandemi Covid-19. Pembatasan sosial saat pandemi, membuat program vaksinasi polio mandek.

"Bisa dikatakan BIAN tidak sukses," ucapnya.

Selain pandemi, Piprim mengatakan bahwa saat ini banyak isu negatif soal vaksinasi yang beredar di media sosial. Hal itu membuat sebagian masyarakat awam enggan melakukan vaksinasi polio untuk anaknya. Kondisi ini diperparah dengan minimnya pengetahuan masyarakat terhadap bahaya polio pada anak.

"Itu saya kira juga jadi salah satu faktor yang menyebabkan BIAN rendah," jelas Piprim.

Menurutnya, sepanjang pengetahuan IDAI, tingkat vaksinasi polio di beberapa daerah seperti Aceh, Sumatera Barat, dan Riau memang rendah. Kejelasan status halal vaksin jadi penyebab utama rendahnya tingkat vaksinasi di wilayah-wilayah ini.

"Kalau kayak gini IDAI juga enggak bisa apa-apa, ini (sertifikat halal) kan ada di MUI atau Pemda," sebutnya.

Ia menegaskan, IDAI akan fokus agar masyarakat memahami dengan benar terkait penyakit polio dan bahayanya. Melalui edukasi itu, menurutnya vaksinasi polio akan lebih mudah digencarkan.

"Kalau dia tidak kenal dengan penyakitnya apa, seperti apa mengerikannya penyakit itu, maka masyarakat akan menganggap sepele penyakit itu," imbuhnya.

Sebelumnya, Kemenkes menyebut sebanyak 415 Kabupaten/Kota di 30 provinsi di Indonesia masuk dalam kriteria risiko tinggi polio karena rendahnya imunisasi, termasuk Aceh.

''Kalau lihat cakupan oral polio virus OPV dan IPV memang seluruh Indonesia rendah terutama saat Pandemi Covid-19,'' ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Maxi Rein Rondonuwu dalam keterangannya Sabtu (19/11).

Berdasarkan penelusuran RT-PCR, ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh pada awal November 2022. Atas temuan itu, Pemerintah Daerah Pidie menerapkan KLB Polio tingkat Kabupaten Pidie.

Kronologi awalnya, diketahui terdapat seorang pasien berusia 7 tahun 2 bulan dengan gejala kelumpuhan pada kaki kiri. Pasien anak ini mulai merasa demam pada 6 Oktober 2022 lalu. Ia baru dilarikan dan dirawat di RSUD TCD Sigil pada 18 Oktober 2022.

Dokter anak yang menangani pasien itu baru mencurigai polio tiga hari kemudian tepatnya pada 21 Oktober 2022. Pengambilan dua spesimen dilakukan, dilanjutkan dengan mengirimkannya pada Dinas Kesehatan Provinsi Aceh pada 22 Oktober 2022.  Sekitar dua minggu setelahnya, pada 7 November 2022 hasil RT-PCR menunjukkan konfirmasi polio tipe 2.

Dengan adanya kasus ini, pemerintah akan melakukan pemberian imunisasi polio tambahan bagi semua anak usia 0-13 tahun di seluruh wilayah Provinsi Aceh. Imunisasi ini akan dilakukan sebanyak dua putaran yang rencananya akan dimulai pada 28 November 2022 mendatang.

126