Home Lingkungan Akademisi Sebut Konferensi Internasional Belum Hasilkan Komitmen Perbaikan Masalah Iklim

Akademisi Sebut Konferensi Internasional Belum Hasilkan Komitmen Perbaikan Masalah Iklim

Kudus, Gatra.com - Akademisi sekaligus Ketua Ahli Perubahan Iklim & Kehutanan Indonesia (APIKI), Mahawan Karuniasa menanggapi hasil pembahasan terkait komitmen negara maju dalam mengatasi perubahan iklim. Menurutnya, komitmen itu belum terlihat dalam konferensi internasional seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 maupun Konferensi Perubahan Iklim PBB atau Conference of the Parties 27 (COP27).

"Agak sulit untuk mengubah ekonomi, terutama negara maju. Mereka ngeyel. Untuk mengubah (fokus) ke lingkungan itu berat sekali," katanya dalam acara Talkshow Penanaman Pohon sebagai Tindakan Nyata untuk Pengendalian Perubahan Iklim di Kudus, Rabu (23/11).

KTT G20 membahas isu strategis berupa arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi sebagai tiga agenda utama. Dengan pembahasan transisi energi sebagai upaya perbaikan perubahan iklim, Mahawan menilai bahwa belum ada kebijakan pasti dari pertemuan yang berlangsung di Bali pada 15-16 November lalu.

Pada 2030, emisi karbon yang dihasilkan seluruh negara di dunia diproyeksikan tidak boleh lebih dari 33 gigaton untuk menjaga suhu bumi tidak lebih dari 1,5 derajat. Namun, perkiraan emisi karbon yang dihasilkan mencapai 58 gigaton. Mahawan menuturkan bahwa 80% dari emisi karbon dihasilkan oleh negara anggota G20. Ia menyebut bahwa komitmen perubahan iklim dari seluruh negara anggota hanya mengurangi 3-6 gigaton.

"Artinya masih ada 52-55 gigaton. Ini masih jauh sekali," katanya.

Namun, ia menilai bahwa momentum KTT G20 membawa sedikit harapan dalam perubahan lingkungan. Ini terwujud dalam upaya membangun ekonomi hijau. Untuk penerapannya, ia menekankan bahwa komitmen seluruh negara terus dibutuhkan. Kelanjutan perwujudan ini harus terus dikawal dalam rangkaian KTT G20 ke depan, agar pencegahan kerusakan iklim bisa terjadi.

Sementara dalam COP27, acara yang berfokus pada konferensi perubahan iklim ini juga dianggap gagal menghasilkan keputusan pembenahan iklim yang jelas.

"Menurut saya COP27 itu gagal, karena tidak keluar kebijakan. Ada pendanaan dari negara maju. Kerusakan dari negara maju, negara maju bersedia kasih uang untuk membantu agar kerugian tidak terlalu banyak," paparnya.

Pada acara yang digelar pada 6-18 November lalu, 196 negara anggota berkumpul di Mesir membahas mitigasi perubahan iklim. Mahawan menyebut bahwa negosiasi tidak menghasilkan keputusan, sehingga perlu diperjelasagi bagaimana komitmen perbaikan lingkungan yang akan dilakukan.

"Negara maju tidak mendeclare untuk mengurangi emisi secara ambisius," ucapnya.

Berdasarkan data Forest Digest, hasil COP27 terkait dengan mitigasi diantaranya yaitu pengurangan emisi gas rumah kaca global yang cepat, mendalam, dan berkelanjutan sebesar 43% pada 2030 relatif terhadap tingkat tahun 2019 untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5°C. Sementara terkait adaptasi, integrasi air ke dalam upaya adaptasi diperlukan untuk meningkatkan perlindungan, konservasi dan pemulihan ketahanan pangan, pertanian, air dan ekosistem terkait air, termasuk lembah sungai, akuifer dan danau.

129