Home Ekonomi Akhir Tahun Stok Beras Tipis, Pemerintah Dinilai Salah Langkah

Akhir Tahun Stok Beras Tipis, Pemerintah Dinilai Salah Langkah

Jakarta, Gatra.com - Menipisnya cadangan beras Bulog di akhir tahun ini membuat pemerintah terpaksa memilih jalan impor. Bulog mengaku kesulitan ditugasi menyerap sampai 1,2 juta ton dari dalam negeri pada periode ini. Diketahui per 6 Desember 2022 stok beras di Bulog tinggal tersisa 494 ribu ton yang meliputi 295 ribu ton cadangan beras pemerintah (CBP) dan 198 ribu ton beras komersil.

Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso menyebut pemerintah salah langkah mengatur cadangan beras tahun ini.

Ia menilai apabila memaksakan diri menyerap beras di bulan-bulan akhir tahun ini adalah tindakan yang tidak tepat. Pasalnya, pada November-Desember ini produksi beras diprediksi hanya sekitar 3,7 juta ton sementara kebutuhan selama dua bulan ini sekitar 5,4 juta ton.

"Panennya kurang atau di bawah kebutuhan, " ujar Sutarto saat dihubungi Gatra.com, Jumat (8/12).

Aih-alih melakukan penyerapan, seharusnya Bulog saat ini justru menjalankan fungsi seutuhnya menjadi stabilator. Saat produksi menipis, kata dia, Bulog harusnya tidak melakukan penyerapan lagi, melainkan menyalurkan cadangannya. Pasalnya, harus bersaing ketat menyedot stok beras yang biasanya dipasarkan oleh pelaku usaha.

"Kalau pemerintah memaksakan diri membeli di bulan ini untuk distok ya salah kan," tuturnya

Sutarto menyebut, semestinya Bulog saat panen raya lalu pada periode Maret - Agustus 2022 bisa menyerap semaksimal mungkin. Saat itu, kata dia, stok beras melimpah dengan harga yang cenderung rendah.

"Suply dan demand itu kan menentukan harga. Saat suplai tinggi pasti harga akan turun, di situlah kesempatan Bulog membeli sebanyak-banyaknya," jelasnya.

Ia pun menilai penyerapan Bulog saat panen raya tahun ini tidak optimal. Menurutnya apabila Bulog menyerap maksimal saat panen raya, seharusnya akhir tahun ini tidak kelabakan soal stok dan penyerapan lagi.

Adapun berdasarkan data per 18 November 2022 menunjukkan penyerapan Bulog selama semester I tahun 2022 sebesar 550 ribu ton. Angka penyerapan itu jauh lebih rendah dalam lima tahun terakhir. Dibandingkan penyerapan tahun lalu di periode yang sama mencapai 739 ribu ton. Bahkan penyerapan pada 2020 dan 2019 periode yang sama juga masih lebih tinggi, masing-masing sebesar 696 ribu ton, dan 748 ribu ton.

Di sisi lain, Sutarto juga menyoroti kesalahan pemerintah yang justru menggelontorkan cadangan beras sepanjang tahun. Padahal, seharusnya penyaluran beras disesuaikan dengan musim panen yang mana saat surplus produksi, penyaluran untuk stabilisasi hanya dilakukan di wilayah tertentu saja yang defisit beras.

"Misalnya seperti NTT dan beberapa titik di Maluku. Tapi kalau di Pulau Jawa juga dilakukan operasi pasar itu tidak tepat pada bulan surplus," katanya.

Adapun berdasarkan data Bulog, penyaluran beras untuk stabilisasi (KPSH) pada musim panen raya (Maret-Juni) 2022 sebesar 103,3 ribu ton. Sementara dibandingkan tahun lalu pada periode yang sama sebesar 89,5 ribu ton.

Sutarto menjelaskan, saat melakukan penyerapan di panen raya, Bulog seharusnya mengerem penyaluran dan menjaga stok buffer tetap di 1-1,2 juta ton. Stok buffer itu nantinya baru dikeluarkan saat produksi beras menurun seperti akhir tahun ini.

"Itu (penyaluran saat surplus) yang juga menyebabkan tahun ini stok beras Bulog tergerus," imbuhnya.

357