Home Nasional Ketua Umum PBNU: Presiden Akan Hadiri Peringatan Harlah Satu Abad NU

Ketua Umum PBNU: Presiden Akan Hadiri Peringatan Harlah Satu Abad NU

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Nahdatul Ulama (NU) menggelar pertemuan dengan Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (2/1) lalu. Ia menerangkan bahwa pertemuan itu dimaksudkan untuk mengundang Jokowi turut hadir dalam Peringatan Harlah Satu Abad NU pada Selasa (7/2) bulan depan.

"Beberapa hari lalu, saya menghadap presiden bersama tim lengkap dari panitia Harlah Satu Abad NU. Pada waktu menghadap presiden, beliau mengatakan berkenan hadir di Puncak Peringatan Harlah Satu Abad NU di Stadion Gelora Delta Sidoarjo," ujarnya dalam acara Launching Mars Satu Abad NU di Gedung PBNU, Jumat (6/1).

Selain itu, ia mengatakan bahwa Jokowi juga mengonfirmasi akan turut hadir dalam klaster kegiatan menuju Peringatan Harlah Satu Abad NU, yakni pada Festival Seni Tradisi Islam di Banyuwangi pada Senin (9/1) mendatang, serta dalam hari terakhir kegiatan Porseni NU di Solo pada Minggu (22/1).

"Presiden berkenan ikut serta dalam kegiatan jalan sehat bersama menutup Porseni NU, yang akan diikuti kurang lebih 35.000 orang," lanjutnya.

Sementara, dalam rangkaian kegiatan Muktamar Internasional Fiqih Peradaban pada Senin (6/2) bulan depan, Yahya mengatakan bahwa Wakil Presiden RI, KH Maruf Amin akan datang dan memberikan pidato.

"Kami sudah menghadap Wakil Presiden KH Maruf Amin dan beliau berkenan hadir untuk memberikan pidato kunci sekaligus membuka Muktamar Internasional Fiqih Peradaban," ucapnya.

Peringatan Satu Abad NU yang akan dilaksanakan di Gelora Delta Sidoarjo Jawa Timur pada Selasa (6/2) mendatang diperkirakan akan dihadiri tidak kurang dari 1 juta warga NU. Selain itu, ulama dari berbagai penjuru dunia disebut turut akan hadir di acara ini.

Tema Mendigdayakan Nahdlatul Ulama Menjemput Abad Kedua Menuju Kebangkitan Baru diangkat dalam peringatan kali ini. Pilihan tema ini didasarkan pada sebuah hadits Rasulullah SAW mengenai adanya pembaharu di setiap 100 tahun. Ini artinya adalah memicu kebangkitan baru di tengah umat. Karena itu, Harlah ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan baru NU.

224