Home Politik Kencang Kritik Nasdem, PDIP Sebut Hal Itu Bagian dari Dialektika Politik

Kencang Kritik Nasdem, PDIP Sebut Hal Itu Bagian dari Dialektika Politik

Jakarta, Gatra.com- PDI Perjuangan (PDIP) sempat mengkritik Nasdem agar menarik mundur menterinya dari kabinet pemerintahan Presiden Jokowi. Politisi PDIP Deddy Sitorus menilai itu hal biasa, dan bagian dari dialektika politik. 

“Ketika mas Hasto menyampaikan pikiran tentang menteri dari Nasdem, sebenarnya bukan mas Hasto yang paling kencang. Pak Djarot itu kan juga bagian dari dialektika politik,” kata Deddy dalam diskusi akhir pekan Polemik MNC Trijaya bertajuk '2023 Tahun Turbulensi Politik' yang digelar secada daring, Sabtu (7/1).

Baca jugaPDIP Minta Dua Menteri NasDem Mundur, Tapi Enggak Mau Gaduh

Deddy menyampaikan langkah Djarot dalam menyoroti kinerja menteri atas dasar Power politik, namun bukan itu yang PDIP khawatirkan, melainkan dinamika di elit politik disalurkan ke bawah.

“Kalau perang di tingkat elit itu sifatnya wacana, lebih kepada di awang-awang dan itu biasa saja kalau menurut saya. Karena setiap kali mereka berbeda pendapat juga masih dimungkinkan, ngopi bareng, ketawa bareng, nggak baper. Ini yang jadi persoalan ketika dibawa baperan,” jelasnya.

Menurut Deddy, jika kalangan atas berbeda atau bersilang pendapat itu natural dalam demokrasi. Namun, jika diterjemahkan atau dilakukan mobilisasi di kalangan bawah itu yang membuat PDI-P khawatir.

“Misalnya, sejak pak Anies dicalonkan, itu kita melihat bagaimana Twitter, IG, Facebook dan sebagainya penuh dengan serang menyerang yang luar biasa, dan kita tidak tahu apakah itu organik, ataukah itu memang kelompok-kelompok yang berdiri secara independen atau jejaring yang ada. Ini kita nggak tahu,” paparnya.

Baca jugaBantah Tudingan PDIP, Plate: NasDem Serius Kawal Pemerintahan Jokowi

Meski demikian, Deddy berharap hal tersebut di tingkat elit sebenarnya juga memberikan pemahaman ke bawah sehingga tidak membuat keterbelahan. Baginya, posisi yang beredar atau kontestasi ini menjadi sesuatu yang bersifat diametral.

“Menteri dari Nasdem juga bisa menjawab, mengklarifikasi. Itu biasa dialektika seperti itu. Harusnya kita anggap biasa. Itu yang menjadi problem dan ketika di bawah diterjemahkan menjadi sesuatu yang membuat hubungan bermusuhan, padahal realitanya, setiap saat mereka bisa ketemu dan diskusi atau ngopi-ngopi,” tuturnya.

Saat ditanya apakah langkah tersebut bertujuan mendongkel Nasdem dari Kabinet Indonesia Bersatu yang berujung reshuffle, Deddy menilai itu terlalu jauh dan yang dilakukan presiden Jokowi merupakan silent operation, bukan membuka wacana di publik.

“Publik tidak ada untungnya bagi PDIP Perjuangan. Mau mendongkel menteri dari Nasdem tapi ngomongnya di media, itu kan aneh. Justru kalau ngomong di media itu bagian dari wacana atau dialektika yang untuk membangun diskusi publik. Harusnya dilihat seperti itu,” pungkasnya.

138