Home Sumbagsel Selama 50 Tahun Angka Kematian Bayi Turun Tajam di Sumsel

Selama 50 Tahun Angka Kematian Bayi Turun Tajam di Sumsel

Palembang, Gatra.com - Pembangunan bidang kesehatan yang ditandai dengan peningkatan jumlah Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) sebesar 17,75% di Indonesia menjadikan risiko kematian bayi menurun. Tak terkecuali di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), angka kematian bayi turun tajam hingga 89% dalam rentang waktu 50 tahun terakhir.

Statistisi Madya Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, Eko Tris Darmanto, mengatakan tersedianya infrastruktur kesehatan yang ditunjang tenaga medis dan nonmedis menjadikan banyaknya bayi dan ibu terselamatkan pada saat proses kelahiran.

“Kebijakan transmigrasi yang dibuat pemerintah pada puluhan tahun silam memberikan dampak pada penyebaran penduduk termasuk kebijakan program KB (Keluarga Berencana) dinilai efektif dalam untuk menekan angka kelahiran,” ujarnya di Palembang, Rabu (1/2).

Baca Juga: Pemberian Biskuit Disentil Jokowi, Daerah Bakal Dapat DAK untuk Cegah Stunting

Dikatakan Eko, untuk Sumsel sendiri dalam rentang 50 tahun (periode 1971-2022) angka kematian bayi turun hampir 89%. “Angka kematian bayi (IMR) menurun signifikan dari 25 per 1.000 kelahiran hidup pada Sensus. Penduduk 2010 menjadi 16,78 per 1.000 kelahiran hidup pada Long Form SP2020,” katanya.

Menurut Eko, perbaikan sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan persentase bayi yang mendapat imunisasi lengkap serta peningkatan rata-rata lama pemberian ASI menjadi faktor bayi mampu bertahan hidup.

Berdasarkan Long Form SP2020 mencatat TFR Sumsel sebesar 2,23 yang berarti rata-rata sekitar dua anak yang dilahirkan perempuan selama masa reproduksinya. 

Baca Juga: Sumsel Dukung Rencana Harga Acuan CPO Oleh Bappebti

“Sedangkan AKI (Angka Kematian Ibu) hasil Long Form SP2020 di Provinsi Sumsel sebesar 175. Itu artinya terdapat 175 kematian perempuan pada saat hamil, saat melahirkan, atau masa nifas per 100.000 kelahiran hidup,” kata dia.

Untuk diketahui dalam 50 tahun terakhir, kependudukan di Bumi Sriwijaya mengalami perubahan dari segi jumlah, persebaran dan struktur penduduk. Hal tersebut dipengaruhi oleh peristiwa kependudukan yang terjadi, yaitu kelahiran (fertilitas) kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (mobilitas penduduk).

206