Home Kesehatan Kasus Wanita Perkosa Anak di Jambi, Ini Penyebabnya Menurut Psikolog

Kasus Wanita Perkosa Anak di Jambi, Ini Penyebabnya Menurut Psikolog

Jakarta, Gatra.com- Kasus NT (25), wanita tersangka pencabulan 17 anak di bawah umur menjadi perhatian khusus. Penyimpangan seksual yang dilakukan ibu satu anak itu juga menjadi sorotan, karena dilakukan seorang perempuan.

NT diduga memanfaatkan bisnis rental Play Station miliknya untuk melancarkan aksi dan membujuk belasan anak-anak di bawah umur, yang tidak hanya laki-laki, tetapi juga anak perempuan. Kemudian, NT meminta korban anak laki-laki memegang payudara dan kemaluannya. Adapun korban perempuan diminta untuk melihat aktivitas seksual itu dan meminta menonton film porno.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung  & Psikolog Anak Remaja di Unit Layanan Psikologi Terpadu (ULPT) Unisba, Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi, Psikolog menyebut kalau masalah penyimpangan seksual bisa terjadi oleh laki-laki maupun perempuan. "Laki-laki sifatnya lebih penetratif dan lebih muncul. Sedangkan pelecehan perempuan sifatnya tidak secara serangan penetratif," katanya kepada Gatra.com, Kamis (9/2).

Dalam hal ini, pelecehan yang terjadi memang tidak ada aspek paksaan dan kekerasan. Namun wanita yang mengelola rental Play Station itu mengiming-imingi sang anak  dengan bujuk rayuan dapat main gratis. Hal ini kemudian membuat belasan korban di bawah umur itu mau berbuat tindakan senonoh dan memuaskan hasrat nafsu pelaku.

Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung  & Psikolog Anak Remaja di Unit Layanan Psikologi Terpadu (ULPT) Unisba, Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi. (GATRA/Dok Ist)

 

Baca juga: Atasi Penuaan Kulit : Tujuh Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan

Stephani mengatakan, mengapa secara psikologi ada perempuan dapat memperkosa belasan anak tersebut?. Menurut dia, ini bisa terjadi karena ada masalah di masa sebelumnya. Seperti masa perkembangan seksual tidak wajar. Bisa jadi apakah dia pernah alami pemerkosaan misalnya ataupun bisa menjadi korban yang akhirnya membut dia menjadi pelaku.

"Dia hanya tahu seksualitas frame perkosaan, dari sisi berat sebelah pemaksaaan. Nggak dapat hubungan mau sama mau yang menyenangkan. Lalu dari kondisi perkembangan seksual ada riwayat seksualitas terganggu. Seperti libido tinggi, ada desakan yang sebabkan seksual tidak terpuaskan, akhirnya menyimpang," ungkap Stephani.

Ia juga menyebut kalau apa yang dilakukan NT masuk dalam kategori pedofil. Dalam kondisi normal, ketika orang berkembang dengan seksual sehat, maka muncul puber dimana secara medis dan biologis matang organ seksualnya. Dalam kehidupan, ia kemudian mencari ketertarikan dan jalin relasi untuk kemudian menikah dan  melakukan hubungan seksual yang halal dan fase pernikahan seterusnya.

"Kasus orang menyimpang tidak sesuai jalur normal cari pasangan dan punya hubungan seksual sehat," ujar Stephani. Ia menjadi pedofil, karena dia mau dan tertarik dan suka dengan ketertarikan seksual tidak normal. "Yang umum jadi pasangan tanda kutip sesuai jadi pasangan tidak usia dibawah, misal anak baru puber jadi layak pasangan," ia menambahkan.

Baca jugaYuk Cek Koleksi Uniqlo U 2023 Spring/Summer Collection yang Resmi Diluncurkan Mulai 10 Februari Mendatang

Satu catatan lain, Stephani menyoroti faktor pornografi yang bisa melingkupi perilaku penyimpangan seseorang. Sebab itu bisa membawa ke perilaku membahayakan, menjadi kecanduan.

"Secara normal sesuatu tidak diterima dan dianggap salah agama adalah dosa. Efek pornogarfi penguatan gangguan seksual. Contoh ada orang tadinya nggak kepikiran melakukan perilaku seksual menyimpang parah, jadi teridekan makin parah dan penguatan perilaku menyimpang," katanya.

Fakta bahwa dia dia minta ditonton saat berhubungan seksual, ada rasa senang melihat reaksi orang, anak diminta melakukan sesuatu hal seksual padanya. "Pornografi penguatan perilaku penyimpangan. Ini jelas dampak buruk pornografi," pungkasnya. 

901