Jakarta, Gatra.com- Kasus pelecehan seksual pada anak-anak bisa memberikan trauma yang berat. Bahkan bila tidak mendapat pendampingan yang tepat, seseorang yang sebelumnya menjadi korban bisa menjadi pelaku juga di masa depannya.

Nah agar rantai kasus ini terus berlanjut dan melebar, para korban dan pelaku harus mendapat penanganan yang tepat. Dosen Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung  & Psikolog Anak Remaja di Unit Layanan Psikologi Terpadu (ULPT) Unisba, Stephani Raihana Hamdan, S.Psi, M.Psi, Psikolog menegaskan bahwa korban harus mendapat perlindungan dari Lembaga Perlindungan Anak.

"Harus didampingi rehabilitasi dari para ahli, psikolog dan terapis anak untuk rehabilitasi memulihkan trauma seksual," kata Stephani kepada Gatra.com, Kamis (9/2).

Menurutnya, penting juga kedekatan orang tua dan anak agar tahu seperti apa kegiatan anak-anak sehari-hari. Hal ini agar anak terhindar dari kemungkinan pelecehan seksual.

"Ortu dekat dengan anak tahu betul anak ngapain aja. Kalau ngga dekat, ngga cerita dan sulit mendeteksi tahu apa yang anak lakukan, dimana dengan siapa dan apa dilakukan. Anak dekat dengan ortu hubungan harmonis terbuka dgn ortu akan terhindar akan hal sprt itu," kata Stephani.

Ketika anak bercerita, lanjut Stephani akan terdeteksi bila dia mengalami sesuatu hal yang tidak lazim. "Misal, anak akan cerita. Mah aku nonton apa kok aneh begitu," ujarnya.

Hal lain bisa terlihat ketika anak mengalami perubahan perilaku. Misal menjadi pemurung, pendiam atau biasanya suka menonton televisi tapi tiba-tiba menjadi tidak mau.

Lalu misal yang biasa lahap makan menjadi tidak selera. "Ada perubahan perilaku. Hal traumatik me gangetkan anak maka akan ada perubahan perilaku," jelas dia.