Home Pendidikan Masih Belum Tenar, Penerapan RPL di Universitas Terus Digalakkan

Masih Belum Tenar, Penerapan RPL di Universitas Terus Digalakkan

Jakarta, Gatra.com - Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) terus digalakkan. Hal tersebut dilakukan agar makin banyak calon mahasiswa yang mengambil kesempatan untuk melanjutkan studi melalui program RPL.

RPL merupakan pengakuan capaian pembelajaran seseorang yang telah didapatkannya dari pendidikan formal, nonformal, informal, atau pengalaman kerja. Program ini menjadi upaya mengatasi peningkatan keterampilan peserta didik dan memfasilitasi ke jalur pendidikan tinggi

Sayangnya, pengenalan RPL di kalangan calon mahasiswa dinilai masih belum cukup tinggi. Direktur Pembelajaran Online Binus University, Agus Putra menyebut, baru sekitar 5% dari mahasiswa aktif di Binus berasal dari latar belakang RPL.

“Dari 11 ribu mahasiswa online yang ada di Binus, hanya 5 persen yang berasal dari RPL. Karena [RPL] itu belum banyak dikenal karena masih baru,” kata Agus dalam temu media, Senin (13/2).

Sementara itu, ditambahkan oleh Rektor Binus University, Harjanto Prabowo, selain pengaruh program yang masih baru, proses asesmen calon mahasiswa RPL pun perlu dilakukan dengan seksama.

Menurutnya, calon mahasiswa yang hendak mengikuti RPL perlu memberikan data terkait kompetensinya. Hal itu mencakup sertifikat keahlian, pengalaman bekerja atau proyek tertentu dalam jangka waktu tertentu.

“Itu semua dilampirkan karena kita ingin menjangkau mereka yang punya keahlian,” jelasnya.

Pengenalan program RPL pun dirasa masih harus secara masif tersosialisasikan. Karena menruutnya, program ini akan membawa kemudahan dan fleksibilitas dalam menjalani perkuliahan. Dengan adanya RPL, sambung harjanto, waktu tempuh perkuliahan pun akan semakin singkat karena adanya pengakuan atas pengamalan kerja yang dijalani. Hal ini pun memberikan kemudahan kuliah bagi para pekerja.

“RPL menjadi sarana untuk penyetaraan akademik atas pengalaman kerja atau pelatihan bersertifikasi untuk memperoleh kualifikasi pendidikan tinggi,” jelas Harjanto.

45