Washington, D.C, Gatra.com - Saif al-Adel, seorang warga Mesir yang berbasis di Iran, telah menjadi kepala al-Qaeda, pasca kematian Ayman al-Zawahiri pada Juli 2022.
"Penilaian kami sejalan dengan penilaian PBB -- bahwa pemimpin baru de facto al-Qaeda Saif al-Adel berbasis di Iran," kata seorang juru bicara departemen luar negeri, dikutip AFP, Kamis (16/2).
Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dirilis Selasa menyebut bahwa perhatian utama negara-negara anggota adalah bahwa Adel sekarang adalah pemimpin kelompok itu, sebagai perwakilan kesinambungan (kepemimpinan) untuk saat ini.
Baca Juga: Amerika Klaim Bunuh Ayman al-Zawahiri, Kepalanya Dibanderol Rp371 Miliar
Meski kelompok tersebut belum secara resmi menyatakan dia sebagai "emir", atau pimpinan karena otoritas Taliban di Afghanistan, tidak ingin mengakui bahwa Zawahiri terbunuh atas serangan roket AS, di sebuah rumah di Kabul tahun lalu.
Selain itu, laporan PBB mengatakan, kelompok teroris al-Qaeda sensitif terhadap isu Adel, yang lebih banyak menghabiskan waktunya di sebagian besar Syiah Iran.
"Lokasinya menimbulkan pertanyaan yang berkaitan dengan ambisi al-Qaeda untuk menegaskan kepemimpinan gerakan global dalam menghadapi tantangan dari ISIL," kata laporan PBB, mengacu pada nama lain untuk kelompok saingan ISIS.
Adel, 62 tahun, adalah mantan letnan kolonel pasukan khusus Mesir dan sosok penjaga lama al-Qaeda.
Baca Juga: Persaingan Tiga Penerus Pemimpin Al-Qaeda setelah Zawahri Tewas
Menurut Proyek Penanggulangan Ekstremisme AS, dia membantu membangun kapasitas operasional kelompok ekstremis dan melatih beberapa pembajak yang ambil bagian dalam serangan 11 September 2001 di AS.
Dia juga telah berada di Iran sejak 2002 atau 2003, pada awalnya di bawah tahanan rumah meski kemudian cukup bebas untuk melakukan perjalanan ke Pakistan, sebagaimana diungkapkan Ali Soufan, mantan penyelidik kontra-terorisme FBI.
Baca Juga: Taliban Selidiki Klaim AS atas Terbunuhnya Pemimpin al-Qaeda al-Zawahri
“Saif adalah salah satu tentara profesional paling berpengalaman dalam gerakan [ekstrimis] di seluruh dunia, dan tubuhnya banyak bekas luka pertempuran,” tulis Soufan dalam artikel tahun 2021 untuk Jurnal CTC West Point Combating Terrorism Center.
“Ketika dia bertindak, dia melakukannya dengan efisiensi yang kejam,” katanya.
