Home Sumbagteng IP 200 Hanya 400 Hektare, Swasembada Pangan 2024 Hanya Mimpi?

IP 200 Hanya 400 Hektare, Swasembada Pangan 2024 Hanya Mimpi?

Batang Hari, Gatra.com- Mimpi Mhd. Fadhil Arief dan Bakhtiar bikin Kabupaten Batang Hari, Jambi, swasembada pangan bisa jadi kenyataan 2024. Asalkan, petani padi daerah ini mau beralih dari Indeks Pertanaman (IP) 100 ke IP 200.

"Untuk mencapai swasembada beras, tentunya harus meningkatkan IP dengan lahan yang terbatas dalam satu tahun dua kali tanam," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Sazili Musaqa dikonfirmasi Gatra.com dua hari lalu.

Tak hanya itu saja, dia bilang petani perlu dukungan sangat besar dalam hal sarana dan prasarana. Kalau cuma mengandalkan petani, daerah berjuluk Serentak Bak Regam ini tak akan mungkin swasembada beras.

"Ini yang makanya menjadi prioritas pak Bupati dalam hal menjadi misi utama untuk meningkatkan produktifitas petani ini," ucapnya.

Luas tanam padi tahun lalu mencapai angka 5.517 hektare. Sedangkan luas panen mencapai angka 5.675 hektare. Tentu, selisih angka luas tanam dan luas panen menjadi pertanyaan publik.

"Mengapa luas panen lebih besar ketimbang luas tanam? jawabannya; ketika penghitungan statistik pertanian itu, ada petani yang nanam padi pada musim tanam Okmar (Oktober - Maret),"

"Ketika petani panen pada Februari, tentu menjadi data panen, bukan menjadi data luas tanam. Kalau kami di pertanian ini tentu akan mengerti secara teknis penghitungan itu," katanya.

Bagi masyarakat awam, kata Sazili, tentu perbandingan dari jumlah dan luas tak balance, semestinya berkurang atau seimbang. Padahal telah terjadi puso 60 hektare tahun 2022, tentu luas panen sudah berkurang.

"Musibah puso melanda petani padi Desa Karmeo pada Juli tahun lalu. Tapi (petani) sudah kita berikan asuransi yang sifatnya memang membantu petani," ucapnya.

Asuransi bagi petani gagal panen diberikan supaya petani sekarang menyadari bahwa pemerintah memang benar-benar banyak membantu. Lagipula tujuannya supaya ke depan petani itu mandiri, bagaimana supaya bisa menghasilkan produksi yang baik, bagus dan menjadi pendapatan bagi mereka.

"Kita juga ada kegiatan Oplah (optimalisasi lahan) dalam rangka peningkatan IP. Ketika kita bantu Oplah atau dalam artian lahan tidur menjadi lahan baru, kita bantu dengan upah tenaga kerja untuk pengolahan lahan atau membeli benih," katanya.

Petani padi Batang Hari masih banyak menggunakan IP 100. Data Dinas PPP (Pangan Pertanian dan Perikanan) petani yang melaksanakan IP 200 cuma seluas 400 hektare. "Lokasinya lebih besar dalam Kecamatan Pemayung," ujarnya.

Dinas PPP menargetkan 2024 petani padi sudah melaksanakan IP 200 dan juga bisa swasembada pangan. Petani nantinya diharapkan sudah bisa menjual beras sendiri melalui kelompok tani yang pelaku usaha beras.

"Target kita memang ke depan ini bagaimana supaya petani menanam padi dua kali. Tentu dengan cara sesuai anjuran, misalnya menggunakan pupuk tepat dosis," katanya.

"Alhamdulillah petani kita memang sudah ada yang arah kesitu. Dan petani perlu pembinaan, jadi target kita ini, kalau nak bekato swasembada pangan, mano ngatonyo kito ini kan," imbuhnya.

Ia optimis kalau petani padi Batang Hari bisa melaksanakan IP 200 asalkan dibantu dengan fasilitas-fasilitas lainnya, prasarana untuk meningkatkan produksi padi. Bahkan ia mengklaim punya strategi mencapai mimpi itu.

"Startegi dalam peningkatan luas tanam yang tadinya ada potensi 9.000 hektare dan assisting 5.600 hektare. Tentu sekitar 3.500 lahan tidur. Bagaimana kita meningkatkan luas tanam ini tentu dengan program Oplah, percetakan sawah baru, bantuan benih bersertifikat dan asuransi apabila petani mengalami gagal panen," ucapnya.

202