Home Sumbagteng Dulu Terkenal Penghasil Illegal Drilling, Kini jadi Desa Sentra Jagung

Dulu Terkenal Penghasil Illegal Drilling, Kini jadi Desa Sentra Jagung

Batang Hari, Gatra.com - Desa Pompa Air, Kecamatan Bajubang, Kabupaten Batang Hari, Jambi, dulu terkenal dengan pengeboran minyak secara ilegal (Illegal Drilling).

Meski praktik illegal masih berlangsung, namun produksi minyak dari perut bumi desa itu tak sebanyak lima tahun terakhir. Lalu lalang mobil pengangkut minyak pun tak sepadat dulu.

Lupakan soal illegal drilling. Desa Pompa Air rupanya kini jadi sentra jagung daerah pimpinan Mhd. Fadhli Arief dan Bakhtiar. Dinas Pangan Pertanian dan Perikanan mencatat, luas tanam jagung cuma 4 hektar.

"Petani desa ini rutin menanam jagung. Luas tanam 4 hektar, sekitar dua minggu lagi berdasarkan informasi dari koordinator, akan melaksanakan panen," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan, Sazili Musaqa dikonfirmasi Gatra.com dua hari lalu.

Selama dia bertugas pada Bidang Tanaman Pangan, petani jagung Desa Pompa Air sudah melaksanakan empat kali musim tanam. Artinya, komoditi jagung bisa menjadi tambahan hasil dari pendapatan pokok petani.

"Jadi, pembeli jagung sudah datang sendiri ke Desa Pompa Air. Petani tak perlu menjajahkan jagung ke luar desa atau ke toko-toko," ujarnya.

Sazili cerita, sentra jagung sudah berlangsung dua tahun belakangan. Para petani tergabung dalam Kelompok Tani Karya Mukti. Kelompok ini rupanya juga dapat bantuan CSR dari Pertamina.

"Sekali panen 3,5 ton per hektar dengan masa tanam sampai panen cuma 100 hari atau tiga bulan," ucapnya.

Petani jagung juga tersebar di desa-desa lain. Hanya saja luasnya paling banyak dua hektar, itupun cuma spot-spot. Sedangkan areal tanam jagung Desa Pompa Air, kata Sazili satu hamparan.

"Kita bantu benih dan alat pasca panen. Jenis benih jagung bantuan Dinas PPP adalah varietas pioneer. Setiap tahun dapat alokasi dari APBN," katanya.

Pemkab Batang Hari tahun ini dapat alokasi jagung 100 hektar dan kedelai 200 hektar. Sazili bilang pihaknya sudah minta data CPCL (calon petani dan calon lokasi) dari setiap koordinator kecamatan.

"Gunanya mengusulkan potensi-potensi wilayah untuk komoditi jagung dan kedelai ini. Karena dari pusat mengalokasikan 100 hektar jagung dan 200 hektar kedelai itu dengan pola tanam tumpang sisip," ujarnya.

Pola tumpang sisip bisa dilakukan dalam satu lokasi dua komoditi. Dengan jadwal tanam mungkin jagung duluan. Setelah usia satu bulan jagung proses pertumbuhan vegetatif, barulah petani menanam kedelai.

"Kedelai kita bantu paket pupuk dan herbisida. Lokasi sudah dipetakan dalam delapan kecamatan, namun paling luas dalam wilayah Kecamatan Bajubang. Diantaranya, Desa Pompa Air, Desa Bungku dan Desa Penerokan, Desa Petajen dan desa-desa lainnya," katanya.

Pengembangan lahan kering memang jadi kendala petani. Menurut Sazili, hingga kini tak ada lahan abadi, yang ada lahan tumpang sari.

"Ketika ada petani menanam sawit umur satu hingga dua tahun, lahan itu bisa ditanami hortikultura atau komoditi jagung dan kedelai," ucapnya.

Pemberian bantuan berdasarkan usulan dari petani. Koordinator Kecamatan Dinas PPP di lapangan bisa memberikan informasi potensi wilayah sekaligus data.

"Inilah gunanya kita kumpul, karena kita merencanakan itu dari bawah, tak mungkin dari atas. Namanya perencanaan itu kan bottom-up, kebutuhan apa saja yang ada di desa itu, baik itu lahan keringnya atau lahan basahnya," ucapnya.

316