Home Ekonomi Indonesia Butuh Pertumbuhan Ekonomi Baru

Indonesia Butuh Pertumbuhan Ekonomi Baru

Jakarta, Gatra.com– Dalam rangka mendorong pemulihan ekonomi, Wakil Menteri Keuangan RI Suahasil Nazara mengatakan, Indonesia perlu mendorong potensi pertumbuhan ekonomi baru. “Sebagai negara kepulauan yang memiliki hutan dan area lautan yang sangat besar, Indonesia memiliki potensi menjaga dunia dari perubahan iklim global," katanya dalam ajang tahunan World of Wealth (WOW) yang ke-19 secara virtual, Selasa (7/3) malam.

Suahasil Nazara memaparkan, memasuki dua bulan pertama di 2023, pihaknya akan terus menjaga kondisi perekonomian dari sisi APBN dan mendorong percepatan dari kegiatan ekonomi di seluruh Indonesia. “Ini menjadi suatu kombinasi perekonomian yang akan memperkuat daya tahan Indonesia di tengah kondisi global yang masih akan tetap challenging,” ujarnya.

Untuk berkontribusi menangani perubahan iklim, Indonesia membutuhkan dana sekitar 4.002,44 triliun dalam waktu 10 tahun untuk memenuhi target NDC pengurangan emisi sebesar 29%. "Ini harus ditanggung bersama, kontribusi dari seluruh pihak baik Pemerintah, Swasta, Masyarakat dan dari keseluruhan perekonomian,” tambah Suahasil Nazara.

Baca juga: Menteri ESDM: Perlu Kebijakan untuk Jaga Suhu Dunia

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Airlangga Hartarto mengatakan, kolaborasi dan sinergi semua pihak sangat penting dalam menghadapi berbagai risiko dan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 5,3% di tahun 2023.

"Terutama karena kami melihat masih ada ruang untuk mendorong konsumsi dan investasi yang bersumber dari tabungan rumah tangga (menengah atas) dan korporasi, yang meningkat di signifikan di masa pandemi tetapi belum dioptimalkan kembali untuk ekspansi dan belanja pasca penghentian PPKM saat ini," katanya.

Dalam jangka menengah panjang, lanjut Airlangga, pemerintah akan terus mendorong kebijakan ekonomi transformatif. Kebijakan tersebut diantaranya kebijakan hilirisasi SDA, transisi energi, pengembangan SDM, dan pembangunan infrastruktur, termasuk Ibu Kota Negara (IKN).

Baca juga: Era Blue Economy, Gubernur Jatim dan Bupati Trenggalek Tanam Terumbu Karang

Head of Wealth Management, Standard Chartered Indonesia, Meru Arumdalu menjelaskan, Standard Chartered terus berupaya untuk secara konsisten menawarkan lini produk keuangan holistik, berorientasi gaya hidup, dan berpusat pada nasabah. Ini yang memungkinkan Standard Chartered untuk semakin berasimilasi ke dalam kehidupan nasabahnya, sebagai mitra tepercaya dalam membantu mereka mencapai tujuan hidup.

"Sejalan dengan komitmen dan aspirasi keberlanjutan kami di tingkat global, Standard Chartered kini juga menawarkan serangkaian pilihan produk berprinsip keberlanjutan di portofolio kami.  Seluruh produk dan layanan Standard Chartered dapat diakses oleh para klien kami melalui kantor cabang kami di 6 kota besar di Indonesia, yang didukung oleh para relationship manager (RM) kami yang berpengalaman dan bersertifikasi," jelas dia.

Selain itu, lanjut dia, para klien juga dapat terus menikmati kemudahan transaksi investasi lewat layanan Online Mutual Funds serta Retail Bonds Online lewat aplikasi SCmobile.

Dengan pertumbuhan perekonomian global yang diperkirakan akan melambat, Standard Chartered tahun ini akan menerapkan dan merekomendasikan kepada para investor untuk membangun fondasi yang aman atau SAFE:

1. Secure your yield (Amankan imbal hasil Anda): Tingkat imbal hasil saat ini menjadi salah satu peluang besar di tahun 2023. Fokus harus ditujukan pada obligasi overweight – seperti obligasi pemerintah dan/atau korporasi yang berkualitas – dibandingkan dengan ekuitas dan uang tunai.

2. Allocate to long-term value (Mengalokasikan investasi kepada nilai jangka panjang): Fokus kepada tingkat imbal hasil harus diimbangi dengan eksposur ke nilai jangka panjang, yang terlihat di pasar ekuitas dan obligasi Asia (di luar Jepang). Di Kawasan Asia di luar Jepang, investasi bisa ditujukan pada ekuitas China yang overweight mengingat valuasinya yang murah serta katalis positif. Kelas aset menarik lainnya adalah obligasi Asia USD.

3. Fortify against further surprises (Antisipasi kejutan lebih lanjut): Adanya kemungkinan resesi di Amerika Serikat berarti investor harus siap menghadapi kejutan yang tidak menguntungkan, dan obligasi pemerintah berkualitas tinggi dapat menjadi salah satu mitigasi tersebut. Asuransi, uang tunai dan emas juga merupakan penjaga portofolio utama.

4. Expand beyond the traditional (Keluar dari pendekatan tradisional): Dengan asumsi bahwa kenaikan yang tidak normal dalam korelasi antara obligasi dan saham tidak akan bertahan hingga akhir tahun 2023, maka permintaan untuk aset yang relatif tidak berkorelasi kemungkinan besar akan terus berlanjut. Strategi alternatif, seperti strategi alternatif likuid dan kelas aset privat, dapat membantu.

60