Home Nasional Kepala BWS Samarinda Ungkap Tantangan Bangun Sumber Daya Air untuk IKN

Kepala BWS Samarinda Ungkap Tantangan Bangun Sumber Daya Air untuk IKN

Samarinda, Gatra.com – Salah satu proyek yang sedang berjalan untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) yang berlokasi di Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur adalah penyediaan air baku dan pengendalian banjir.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan IV Samarinda, Ditjen Sumber Daya Air, Kementerian PUPR Harya Muldianto mengatakan, dalam melaksanakan sejumlah proyek yang dikerjakan, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengarahkan agar tak hanya mampu bergerak cepat dan bertindak tepat, namun juga mesti berjiwa seni.

Oleh karena itu, dari sejumlah proyek yang dikerjakan, khususnya dari Kementerian PUPR memperhatikan estetika lingkungan. Dalam menerjemahkan itu, pihaknya memberikan sentuhan beautifikasi pada setiap proyek.

Selain keindahan, faktor menjaga kelestarian lingkungan juga dilakukan, misalnya selektif dalam penebangan pohon, dan pengerukan tanah. “Setiap tanah yang dikeruk langsung di hijaukan kembali,” kata Harya di kantornya kepada Gatra.com.

Meski begitu, dengan SDM yang kebanyakan berlatar belakang teknik sipil, pihaknya mulai terbiasa bekerja dengan sentuhan estetika. “Kita juga hire orang-orang yang ahli dalam bidang itu,” kata Mantan Kepala Balai di Maluku Utara ini.

Dikatakan oleh Harya, dalam melaksanakan amanah penyediaan air baku dan pengendalian banjir pihaknya telah lebih dulu melakukan analisa dan kajian terhadap sejumlah daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Penajam Paser Utara. Misalnya, DAS Sepaku - Semoi yang diarahkan untuk kebutuhan air baku.

Sementara, Intake Sepaku yang awalnya hanya untuk kebutuhan sumber air masyarakat sekitar saja, kemudian ditingkatkan fungsinya untuk kebutuhan IKN. Maka kini potensinya ada sebanyak 3000 liter/detik.

Tak dipungkiri, malang-melintang ditugaskan ke berbagai daerah di Indonesia ia ikut terlibat dalam perencanaan. Dalam melakukan perencanaan, pihaknya berupaya untuk mengetahui semaksimal kondisi lapangan. Misalnya kondisi sungai, hutan dan lain sebagainya. “Hanya saja, yang kita kaji tidak sampai tiap centi-percenti meter,” ujarnya.

Dalam hal perencanaan, meski dirinya melanjutkan perencanaan IKN dari Kepala Balai sebelumnya, namun ia juga melanjutkan studi sumber-sumber daya air, yang salah satunya kemudian menjadi Bendungan Sepaku – Semoi yang pada awalnya hanya direncanakan untuk kebutuhan air baku di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Dalam pelaksanaan, ia tak memungkiri menemui kendala di lapangan. Misalnya, saat membangun intake, ketika aliran sungainya sudah dialihkan untuk dikerjakan, namun seringkali menemui perubahan teknik pembangunannya. “Itu perlu ada penyesuaian. Tapi itu juga tidak salah,” ujarnya.

Saat melakukan penyesuaian sudah ada perjanjian dalam kontrak kerja, yakni melaksanakan sejumlah prosedur yang juga dilakukan. Misalnya, melakukan perhitungan volume pekerjaan sebelum kondisinya terbuka hingga memprediksi hingga 100%. “Setelah kita buka semua untuk area kerja, kondisi pengerjaannya berbeda-beda. Misalnya, soal kedalaman untuk fondasi yang berbeda-beda, kondisi tanah, dan lain-lain,” paparnya.

Namun begitu, penyesuaian tersebut tak mengubah grand desain yang telah dibuat sejak awal. Penyesuaian dilakukan hanya untuk menyesuaikan kondisi seperti kedalaman fondasi atau strukturnya yang diperkuat.

272