Home Mikro Kemenkominfo Serukan Literasi Digital, Dukung Branding Produk Lokal Go Nasional

Kemenkominfo Serukan Literasi Digital, Dukung Branding Produk Lokal Go Nasional

Jakarta, Gatra.com- Direktur Jenderal Aplikasi Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Semuel A. Pangerapan meminta seluruh masyarakat digital untuk bisa meningkatkan literasi digital. Dalam hal ini, tentu dalam menjalankan usaha di ruang digital.

Salah satu aktivitas di ruang digital yang pertumbuhannya luar biasa adalah belanja online. “Perkembangan teknologi digital ini salah satunya terpacu oleh pandemi yang telah mendorong kita beraktivitas di ruang digital,” ujar Semuel pelatihan digital bagi pelaku usaha dengan tema “Branding Produk Lokal Agar Siap Go Nasional”, Senin (3/4).

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kemenkominfo, Semuel Abrijani Pangerapan dalam sambutannya yang mengawali acara Peluncuran Status Literasi Digital Indonesia 2022. (GATRA/Dok Kominfo)

Merujuk data Survei Ipsos Global Trends 2021, “Aftershock and Continuity” ditemukan fakta bahwa aktivitas belanja online terus meningkat, terutama sejak pandemi Covid-19. Delapan dari sepuluh pasar di seluruh dunia menyatakan belanja online lebih mudah daripada di toko
tradisional.

Untuk pasar Indonesia, survei tersebut juga menyebut bahwa peningkatan belanja online dan pilihan merek lokal sangat menonjol dibanding sebelum pandemi. Konsumen disebut merasakan produk lokal Indonesia saat ini dapat bersaing dengan merek global.

Berdasarkan riset dari MarkPlus berjudul “Peran E-commerce dalam Mendukung Merek Lokal Selama Pandemi” yang dirilis pada Oktober 2021 disebutkan, kecenderungan konsumen membeli produk lokal makin meninggi. Selama pandemi, riset menyebut pemasaran online menjadi fokus bagi para pelaku usaha produk lokal menggencarkan pemasaran.

Juga mempromosikan produk di media sosial dan e-commerce, lalu mengikuti berbagai program e-commerce serta membuat berbagai konten yang menarik.

Mendorong Popularitas Produk Lokal

Menjalankan usaha di ruang digital membutuhkan keahlian tambahan berkaitan dengan tren di industri ini. Meski memiliki istilah serupa dengan usaha konvensional, ruang digital memungkinkan adanya perbedaan yang signifikan. Salah satunya adalah branding.

Branding merupakan cara membentuk pencitraan sebuah produk atau merek dagang untuk membedakan diri dari pesaing. Jika sebuah produk atau merek dagang sudah memiliki branding tersendiri, maka hal itu mampu menjelaskan kelebihan dan manfaatnya dibanding pesaingnya.

Dalam catatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2020 yang dirilis Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) dan NielsenHQ Indonesia, transaksi produk lokal naik sebesar Rp1 triliun dibanding 2019 menjadi Rp5,6 triliun. Angka tersebut terus meningkat. Pada 2021, Harbolnas mencatat transaksi produk lokal menjadi Rp8,5 triliun, dan mencapai Rp10 triliun pada 2022.

Narasumber dalam pelatihan digital bagi pelaku usaha dengan tema “Branding Produk Lokal Agar Siap Go Nasional”, Senin (3/4). (GATRA/Dok Kemenkominfo)

Menurut praktisi digital, Enda Nasution, penegasan eksistensi produk lokal perlu diperkuat lantaran tingkat persaingan di pasar nasional semakin tinggi. Eksistensi sebuah produk di kawasan lokal akan menjadi pondasi kuat untuk melebarkan sayap di wilayah yang lebih besar.

“Sebuah produk lokal harus lebih dulu memantapkan posisinya di wilayah sekitar, lalu mengembangkan kualitas produk seiring memperkenalkannya pada lingkup yang lebih besar,” ujarnya.

Ia melanjutkan, untuk menjangkau wilayah pasar yang lebih luas, perlu memastikan konsumen percaya pada kualitas produk selama pengiriman. “Jaminan itu perlu disampaikan saat menyusun dan menjalankan strategi branding. Strategi branding perlu disusun sedemikian rupa mulai dari konten, hingga pilihan platform digital yang akan dipilih sebagai medianya”, katanya.

Pengusaha yang masih ingin mendalami keahlian dan kecakapan digital yang dibutuhkan dalam mengembangkan usahanya, bisa mencari lembaga pelatihan atau komunitas bisnis digital. Saat ini, sangat banyak yang sudah menaruh perhatian untuk membantu pelaku usaha,
terlebih mereka di skala usaha kecil hingga menengah. Salah satunya adalah HaiBolu.

Baca juga: Izin Usaha UMKM Makin Mudah, Legalitas Menjadi Hal Penting

Sejak 2018, HaiBolu telah membantu lebih dari 75.000 pemilik toko daring untuk mengembangkan bisnis melalui media sosial dan juga kelas online yang diselenggarakan. Misi mereka agar lebih banyak UMKM bertransformasi di dunia digital dan sukses dalam menjalankan usahanya.

Pendiri HaiBolu, Sandhi Pratama, meminta seluruh pelaku usaha mengenali dengan jelas profil produknya sebelum menyusun strategi branding. “Setelah paham keunggulan dan pembeda produk Anda dari pesaing, maka dari hal tersebut dapat dijadikan acuan dalam membuat strategi branding,” katanya.

Untuk bisa mendalami keahlian digital dalam mengembangkan usaha yang mengunggulkan produk lokal agar siap bersaing di pasar luas, HaiBolu menawarkan sejumlah program kerja sama. Diantaranya Merdeka Berbisnis.

Program yang diadakan sejak 2021 ini fokus pada edukasi digital marketing secara gratis untuk komunitas UMKM dan reseller yang ingin meningkatkan omzet bisnisnya. Metode belajar yang dilakukan secara daring menggunakan Zoom Live dan WhatsApp yang disebut Kulwap (Kuliah WhatsApp) di Grup WhatsApp anggota komunitas HaiBolu.

Beberapa materi yang diajarkan di antaranya bagaimana cara menentukan target pasar dan persona pembeli, memaksimalkan penjualan di WhatsApp, membuat konten pemasaran di Instagram, formula konten viral di TikTok, dan lainnya.

Industri digital sangat menarik. Tak hanya menawarkan potensi yang meruntuhkan batasan ruang dan waktu dalam menjalankan usaha, industri digital membutuhkan minat untuk terus mengikuti tren yang sangat cepat berganti seiring perubahan minat pasar digital.

161