Home Ekonomi Manulife: Di Indonesia, Hanya 54% yang Memiliki Perencanaan untuk Masa Pensiun

Manulife: Di Indonesia, Hanya 54% yang Memiliki Perencanaan untuk Masa Pensiun

Jakarta, Gatra.com – Hanya setengah atau 54% responden masyarakat Indonesia yang mempunyai perencanaan untuk masa pensiun meskipun mayoritas, yakni 82% menilai perencanaan untuk masa pensiun merupakan hal yang penting.

Presiden Direktur & CEO Manulife Indonesia, Ryan Charland, di Jakarta, Selasa (18/4), menyampaikan, angka tersebut merupakan hasil survei Manulife Asia Care Survey 2023.

Menurutnya, angka itu menunjukkan masih terdapat kesenjangan yang cukup tinggi di kalangan masyarakat dalam mempersiapkan rencana keuangan untuk masa purnatugas alias pensiun agar terhindar dari ketidakpastian pada masa tua.

“Ini menunjukkan adanya kesenjangan antara optimisme mengenai kemapanan finansial dibandingkan dengan kebutuhan nyata untuk memiliki perencanaan finansial yang matang sejak dini,” katanya.

Ia mengungkapkan, lebih dari tiga perempat responden masih mengandalkan simpanan dana tunai dan hampir separuh mengandalkan warisan dan skema jaminan pensiun pemerintah.

Rata-rata responden Indonesia memperkirakan akan memasuki masa pensiun pada usia 58 tahun dan mulai mengalami gangguan kesehatan pada usia 63. Dengan kata lain, responden memperkirakan kesehatan yang prima hanya akan bertahan selama lima tahun pertama setelah pensiun.

“Hampir tiga perempat responden atau 74% memperkirakan akan dapat mencapai target nilai simpanan pensiunnya dalam waktu sepuluh tahun,” ujarnya.

Sedangkan terkait kondisi keuangan saat ini, lanjut Ryan, sebanyak 79% responden Indonesia juga bersikap lebih positif, dengan 80% responden memperkirakan peningkatan kondisi keuangan dalam 12 bulan ke depan.

Pandangan ini diperkuat oleh 63% responden yang memperkirakan pendapatannya akan meningkat pada tahun ini. Dalam perkiraan responden, kenaikan dapat mencapai rata-rata 30%. Hal ini menyumbang keyakinan 88% responden terhadap kemampuannya dalam mewujudkan tujuan keuangan.

Namun demikian, menarik untuk dicatat bahwa responden Indonesia memiliki minat terendah untuk memiliki dana untuk membiayai kebutuhan kesehatan di masa depan dibandingkan semua negara lain di dalam survei.

Dana pensiun (54%) dan dana darurat (49%) merupakan dua prioritas tujuan finansial, sejalan dengan negara-negara lain, namun dana kesehatan hanya dinyatakan oleh 19% responden, atau yang terendah di kawasan. Menyiapkan dana pendidikan (40%) menempati urutan prioritas yang jauh lebih tinggi, begitu pula dengan membeli rumah (25%).

“Keyakinan masyarakat Indonesia tentang kemampuannya mewujudkan tujuan finansial adalah hal yang positif, akan tetapi perlu didukung dengan perencanaan pensiun yang tepat,” katanya.

Ryan menyampaikan, prioritas mereka terhadap dana pendidikan dan rumah, jika tidak diimbangi dengan perhatian yang sama terhadap biaya kesehatan, sementara memenuhi tujuan keuangan jangka pendek, akan dapat dapat menimbulkan masalah di masa depan.

“Oleh kerena itu, Manulife berkomitmen membantu seluruh keluarga Indonesia menyiapkan masa depan mereka dengan memperkecil gap dana pensiun dan proteksi melalui solusi yang kami miliki,” katanya.

Dalam target finansial individu, hampir 2/3 responden atau sejumlah 62% memandang inflasi sebagai ancaman terbesar, diikuti dengan perlambatan perekonomian yang disebutkan 59% responden. Namun, sejalan dengan keyakinan responden akan pertumbuhan pendapatan tahun ini, hanya 1/3 atau 33% responden Indonesia yang memperkirakan penurunan pendapatan atau kehilangan pekerjaan sebagai penghambat terwujudnya target finansial.

Sementara itu, penurunan kondisi kesehatan dipandang sebagai hambatan tertinggi ketiga terhadap pencapaian target finansial (35%), tetapi hanya sepertiga responden atau 34% yang menyatakan kekhawatiran tentang kenaikan biaya kesehatan. “Ini angka yang terendah di kawasan,” ujarnya.

Untuk mewujudkan target finansialnya, 78% responden Indonesia menyebutkan dana tunai dan simpanan bank sebagai instrumen keuangan utama, 45% menyebutkan warisan keluarga, dan 42% menyebutkan skema jaminan pensiun pemerintah.

“Masyarakat Indonesia perlu meminimalkan risiko yang mereka hadapi akibat inflasi dengan memilih instrumen investasi yang tepat dan melindungi diri dengan asuransi,” ujarnya.

Ia menjelaskan, jika mengandalkan dana tunai, ini membuat masyarakat berisiko terdampak inflasi. Pasalnya, inflasi dapat mengurangi nilai uang yang mereka miliki.

Survei juga menunjukkan, hampir tiga perempat responden atau 72% memiliki asuransi, instrumen yang amat penting bagi perencanaan pensiun yang efektif. Produk yang paling populer adalah asuransi rawat jalan (37%), jiwa (26%), dan kecelakaan (23%).

Sementara itu, 84% responden menyatakan berniat membeli produk asuransi dalam 12 bulan ke depan, meningkat dari 76% pada hasil survei tahun lalu. Produk yang paling diminati adalah asuransi rawat inap (27%) dan rawat jalan (31%).

Kekhawatiran Utama terkait Kesehatan

Di samping perencanaan finansial, responden Indonesia menyadari pentingnya kesehatan untuk masa pensiun yang berkualitas. Mereka pun secara aktif berupaya memperbaiki kesehatan dan kesejahteraannya, terutama dengan lebih banyak berolahraga (67%), mengatur pola makan (65%), lebih ketat memantau kesehatan (50%), dan menambah frekuensi pemeriksaan kesehatan (49%).

Risiko finansial akibat gangguan kesehatan akan terasa dalam bentuk biaya pengobatan. Hampir separuh responden atau 44% menyebutkan biaya inilah yang paling dicemaskan terkait pengelolaan kesehatan. Ada pula kekhawatiran lain, seperti kehilangan pendapatan atau pekerjaan karena sakit (34%) dan ketidakpastian terkait pihak yang merawat mereka jika terjadi sakit keras (17%).

“Merupakan hal yang baik bahwa masyarakat Indonesia menyadari pentingnya asuransi dan nilai yang didapatkan dari perlindungan asuransi tersebut,” katanya.

Menurut Ryan, dalam hal biaya, biaya premi asuransi jauh lebih rendah dibandingkan biaya, misalnya pengobatan penyakit kritis. ?Mereka yang belum mengetahui produk asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhannya dapat menghubungi penasihat keuangan profesional Manulife.

“Bisa menghubungi sehingga dapat penjelasan tentang berbagai produk dan manfaat yang tersedia,” katanya.

61