Home Kesehatan Hari Thalasemia Dunia, Kendala Transfusi Darah, Kurang Donor, dan Jenis Tidak Sesuai

Hari Thalasemia Dunia, Kendala Transfusi Darah, Kurang Donor, dan Jenis Tidak Sesuai

Jakarta, Gatra.com - Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah merah bawaan. Ketua UKK Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia, dr. Teny Tjitra Sari, menjelaskan, ada beberapa masalah yang mengikuti penyandang penyakit ini, salah satunya membutuhkan transfusi darah secara rutin.

Penyakit Thalasemia menyebabkan berkurang atau tidak diproduksinya rantai protein (globin) pembentuk hemoglobin (HB) utama. Teny mengatakan, hal ini menyebabkan penyandang Thalasemia mengalami kekurangan darah yang juga disebut anemia.

Baca Juga: Segera Deteksi Dini Guna Menghindari Risiko Penyakit Thalasemia

"Biasanya, [Thalasemia] dideteksi pada anak-anak sehingga tumbuh kembangnya akan terganggu jika tidak mendapatkan transfusi," ucap Teny dalam diskusi daring memperingati Hari Thalasemia se-Dunia pada Jumat (5/5).

Transfusi darah perlu dilakukan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi pada tubuh. Jika tidak dipenuhi, perkembangan akan terganggu. Pada anak-anak, hal ini bisa berarti perubahan pada fisik.

"Kemudian, ada kemungkinan terjadi infeksi, dan adanya kelebihan [zat] besi," ucap Teny.

Ia juga menjelaskan, dalam satu kantong transfusi darah, pasien akan menerima sebanyak 250 mg zat besi. Padahal, jumlah zat besi yang bisa dikeluarkan oleh tubuh hanya 2 mg per hari. Hal ini membuat banyak zat besi yang tersimpan dalam tubuh sehingga butuh penanganan lebih lanjut.

"Di lain pihak, persediaan darah ini terbatas. Jumlah pendonor sedikit sehingga [pasien Thalasemia] tidak mendapatkan transfusi darah dengan baik," kata Teny.

BPJS Kesehatan juga membatasi pemberian transfusi darah, yaitu maksimal dua kantong per bulan. Namun, Teny tidak menjelaskan kebutuhan minimal yang dibutuhkan oleh penyandang Thalasemia.

Baca Juga: Bukan Penyakit Menular, Ini Cara Cegah Penyakit Keturunan Talasemia

"Selain jumlah donor yang terbatas, pasien Thalasemia juga sangat rentan infeksi," jelasnya.

Hal ini disebabkan karena belum semua daerah bisa menjalani skrining darah yang lebih baik. Jenis darah yang dibutuhkan penyandang Thalasemia juga yang jumlah leukosit rendah. Tidak semua daerah di Indonesia menyediakan ini sehingga angka reaksi transfusi darah masih tinggi.

87

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR