Home Ekonomi Triwulan I 2023 Investasi EBTKE Masih Minim, Pemerintah Genjot Kinerja Program Hijau

Triwulan I 2023 Investasi EBTKE Masih Minim, Pemerintah Genjot Kinerja Program Hijau

Jakarta, Gatra.com - Koordinator Investasi dan Kerjasama Bioenergi Kementerian Energi, Sumber Daya Mineral (ESDM), Trois Dilisusendi membeberkan per triwulan I tahun 2023, total investasi subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) tercatat sebesar US$0,206 miliar dolar. Diketahui, Indonesia sendiri menargetkan investasi sub sektor EBTKE pada tahun 2023 mencapai US$1,79 miliar.

Adapun secara rinci, data Ditjen EBTKE mencatat investasi di bidang energi panas bumi sebesar US$0,05 miliar; energi terbarukan sebesar US$0,075 miliar; dan US$0,076 miliar di bidang bioenergi.

"Kami saat ini tengah menggodok semacam shorting list beberapa project yang memang bisa ditawarkan kepada investor. Insyaallah semoga dalam waktu dekat bisa kami realisasikan," ujar Trois dalam diskusi publik Ditjen EBTKE, Rabu (17/5).

Trois menyebut sejumlah program pengembangan EBTKE terus digenjot pemerintah. Di antaranya yakni program pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Energi Baru Terbarukan (PLT EBT) di sejumlah daerah.

"Ditargetkan pembangunan PLT EBT pada 2030 mencapai 20,9 Gigawatt atau 51,6% dari total pembangikit listrik di RUPTL 2021-2030," ucapnya.

Selain itu, menurut Trois pemerintah juga tengah menggenjot pemanfaatan listrik dari EBTKE untuk pengembangan industri hijau. Misalnya program pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) atap ; pembangkit listrik energi panas bumi; hingga pemanfaatan limbah dan biomassa untuk kebutuhan energi.

Adapun Kementerian ESDM mencatat capaian realisasi PLTS atap hingga Maret 2023 mencapai kapasitas 109,73 Megawaatt dengan jumlah pelanggan mencapai 7.191 pelanggan. Pemerintah sendiri menargetkan PLTS pada 2025 mencapai 3,61 GW dengan target penurunan emisi GRK mencapai 5,4 juta ton.

"Pemerintah juga menggenjot pengemangan bahan bakar nabati seperti mandatori B35 dan rencana ke depan B40 ini sudah diujicoba," jelasnya.

Meskipun Indonesia belum bisa lepas sepenuhnya dari energi kotor seperti batu bara, Trois mengatakan program lainnya yakni co-firing biomassa pada PLTU terus dilakukan. Diketahui, co-firing biomassa dilakukan sebagai upaya mengurangi pemakaian batubara dengan memanfaatkan bahan bakar biomassa sebagai pengganti sebagian batu bara.

Ditargetkan pada co-firing biomassa, PLTU akan menggunakan biomassa sebesar 10,2 juta ton di tahun 2025.

Sejumlah tantangan pun, kata Trois, tetap menjadi pekerjaan rumah bersama. Adapun persoalan yang menjadi tantangan di pengembangan sektor EBTE di antaranya seperti masalah ekonomi, teknologi, infrastruktur, dukungan pendanaan hingga dinamika sosial.

"Saya kira semua membutuhkan kerja sama dan partisipasi dari semua pemangku kepentingan termasuk bagaimana pengembangan SDM untuk mencapai transisi energi yang adil dari perubahan iklim itu sendiri," imbuh Trois.

71