Home Politik Rocky Gerung: Politik Identitas Hanya Berguna Jika Ada Efek Elektoral

Rocky Gerung: Politik Identitas Hanya Berguna Jika Ada Efek Elektoral

Jakarta, Gatra.com - Pengamat Politik, Rocky Gerung, menjelaskan, politik identitas bisa ada karena pemilih membutuhkan perbandingan. Menurutnya, saat ini masyarakat dan partai politik salah paham soal identitas.

Rocky menjelaskan, identitas sejujurnya baru bisa ditentukan setelah seseorang meninggal dunia karena pada saat itu, identitas yang dimiliki seseorang tidak akan lagi berubah. Dalam konteks politik, justru masyarakat atau pemilih yang melahirkan konsep politik identitas karena membutuhkan perbandingan antara satu pihak dengan yang lain.

"Politik identitas hanya berguna diucapkan kalau ada electoral effect-nya. Muslim, angka sangat besar, tapi efek elektoralnya apa," ucap Rocky Gerung dalam acara diskusi publik di Universitas Muhammadiyah Jakarta pada Rabu (17/5).

Rocky mengambil masyarakat dan partai muslim sebagai contoh. Ia pun mengatakan, fakta sejarah bahwa semua partai yang menggunakan identitas Islam di Indonesia tidak pernah memenangkan Pemilu meski angka mereka sudah mencapai 12 persen.

"Tapi, dia mayoritas, jadi mesti kita cari, kenapa Islam itu diakui sebagai elektoral. Karena, faktor sejarah. Negeri ini pernah didesain dengan imajinasi negara Islam," kata Rocky.

Ia menjelaskan, fakta ini tidak bisa dihapuskan. Namun, Rocky mengajak para peserta diskusi berandai-andai. Jika kenangan menciptakan negara Islam, seperti yang dulu sempat mau dituangkan dalam rapat BPUPKI, jejak sejarah akan kembali.

"Setiap peristiwa menimbulkan jejak, menghapus jejak menimbulkan peristiwa baru. Jadi, gak mungkin kita hapus imajinasi itu," ucap Rocky lagi.

Selaku pengamat politik, Rocky tidak terlihat mempermasalahkan setiap partai politik menggunakan politik identitas. Namun, di hadapan perwakilan PDIP, NasDem, dan PKS yang hadir sebagai narasumber, Rocky menyampaikan kekecewaan karena perbandingan satu koalisi dengan yang lain semakin tidak jelas karena terus berubah-ubah tergantung pertemuan para petinggi parpol.

652