Home Kesehatan Pertolongan Pertama Tekena Gigitan Hewan Rabies Versi Kemenkes

Pertolongan Pertama Tekena Gigitan Hewan Rabies Versi Kemenkes

Jakarta, Gatra.com – Rabies tergolong penyakit yang mematikan bagi manusia. Manusia bisa tertular akibat gigitan dan air liur hewan terinfeksi yang menyerang syaraf pusat pada tubuh manusia. Rabies bahkan menyebabkan kematian lebih cepat pada anak-anak.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat bahwa pelaku utama penyebar virus rabies kepada manusia adalah hewan anjing. Angkanya mencapai 95%. Tak hanya anjing, hewan-hewan lain seperti rakun, rubah, hingga kelelawar pun bisa menularkannya kepada manusia.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi, menjelaskan cara pertolongan pertama yang bisa dilakukan korban apabila dia terkena gigitan dan air liur hewan diduga terinfeksi rabies.

“Jadi kalau ditaya apa yang pertama dilakukan, yaitu harus sesegera mungkin begitu digigit itu harus ke faskes (fasilitas kesehatan) untuk dilakukan cuci luka,” ujar Imran dalam konferensi pers virtual terkait Update Situasi Rabies di Indonesia pada Jumat, (2/6/2023).

Baca Juga: Kemenkes Kejar Setiap Provinsi Punya Rumah Sakit untuk Layani Kanker

Lebih lanjut, Imran menjelaskan bahwa tingkat keparahan penyakit seseorang yang terkena rabies bisa diukur dari letak gigitannya. Apabila letaknya makin dekat dengan syaraf, maka kondisinya otomatis jauh lebih buruk, karena virusnya akan menjalar lebih cepat ke pusat syaraf.

Imran menyebut bahwa sebagian besar kasus kematian akibat rabies disebabkan oleh keterlambatan pasien dibawa ke faskes. Dia mengatakan banyak pasien menganggap sepele gejala-gejala yang mereka rasakan.

“Mereka itu merasa ini hanya gigitan kecil. Enggak sampai berdarah. Kemudian mereka bilang, ‘anjingnya juga anjing tetangga saya kok. Sering main sama saya kok’ sehingga mereka itu datang [ke faskes] sudah pada kondisi di atas satu bulan setelah digigit,” ujar Imran.

“Artinya, kalau sudah satu bulan, otomatis kita enggak tahu lagi hewannya seperti apa. Dan rata-rata mereka baru panik dibawa ke faskes, anjing yang mengigit itu mati,” imbuh Imran.

Baca Juga: Wamenkes Dorong Start Up Kesehatan Indonesia Tak Hanya Jago Kandang

Di samping itu, Imran mengatakan bahwa infeksi rabies pada manusia akan berdampak lebih fatal kepada anak-anak ketimbang orang dewasa. 

“Semakin dekat dengan syaraf, atau kepala, itu semakin cepat [meninggal dunia]. Makanya yang meninggal itu anak kecil kalau dia digigit anjing dia langsung kena kepalanya karena dia pendek. Kalau orang dewasa, masih punya waktu. Tapi kalau anak-anak dia cepat sekali menjadi buruk kondisinya,” katanya.

Angka kasus rabies sempat menurun pada 2020-2021 karena selama pandemi, orang-orang lebih sering berada di rumah dan mengurangi kegiatan di luar ruangan. Otomatis kontak antara manusia dan hewan diduga penyebar rabies menjadi menrurun.

Namun, usai pandemi, angka tersebut dikhawatirkan meningkat lagi. Pada tahun 2022 lalu menjadi yang tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Kemenkes mencatat terjadi 104.229 gigitan hewan rabies dan sebanyak 102 orang meninggal dunia di tahun lalu. Hanya 74.888 yang mendapat vaksin rabies.

Sementara pada tahun ini, dari data hingga April 2023, Kemenkes mencatat sudah ada 31.113 kasus gigitan rabies dan 11 orang telah meninggal dunia. Baru sejumlah 23.211 yang mendapatkan vaksin rabies. Bali masih menjadi provinsi dengan jumlah kasus terbanyak seauh ini, yakni mencapai 14.827, disusul Nusa Tenggara Timur (3.437) dan Sulsel (2.338).

Hanya ada delapan provinsi yang bebas rabies, yaitu Kepulauan Riau, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat.

122