Home Internasional Wagner Hentikan Pemberontakan, Barat Nilai Pemerintah Putih Rapuh

Wagner Hentikan Pemberontakan, Barat Nilai Pemerintah Putih Rapuh

Moskow, Gatra.com - Tentara bayaran Wagner kembali ke pangkalan mereka pada hari Minggu (25/6). Keputusan itu setelah Presiden Rusia Vladimir Putin setuju mengizinkan pemimpin mereka menghindari tuduhan pengkhianatan, dan menerima pengasingan di negara tetangga Belarusia.

AFP, Senin (26/6) melaporkan, perjanjian tersebut mengakhiri krisis yang luar biasa - ancaman bahwa tentara swasta Yevgeny Prigozhin akan menyerbu Moskow – namun para analis mengatakan pemberontakan Wagner telah membuat pemerintahan Putin lebih rapuh dari yang diperkirakan sebelumnya.

Langkah-langkah sterilisasi keamanan masih dilakukan di Moskow pada hari Minggu, meski polisi yang terlihat di lapangan masih sedikit. Sejumlah warga tampaknya juga tidak peduli, sekalipun keberadaan Prigozhin saat ini masih belum jelas.

"Tentu saja, saya terguncang pada awalnya," kata Ludmila Shmeleva, 70 tahun, kepada AFP saat berjalan di Lapangan Merah Moskow. 

Baca Juga: Hindari Pertumpahan Darah, Pasukan Wagner Mundur dari Moskow

"Saya tidak mengharapkan ini terjadi,” tambahnya.

"Kami berperang, dan ada juga musuh internal yang menikam Anda dari belakang, seperti yang dikatakan Presiden Putin," katanya. "Tapi kami berjalan-jalan, santai, kami tidak merasakan bahaya apa pun," ujarnya.

Prigozhin terakhir terlihat pada Sabtu malam di sebuah SUV meninggalkan Rostov-on-Don, tempat para pejuangnya merebut markas militer, sambil bersorak dengan beberapa orang lokal. Beberapa diantaranya menjabat tangannya melalui jendela mobil.

Ada laporan bahwa pejuang Wagner telah mendekati 400 km dari Moskow, sementara Prigozhin sendiri mengklaim bahwa dalam 24 jam dia akan mencapai 200 km dari Moskow.

Peristiwa pemberontakan itu adalah puncak dari perseteruannya yang sudah berlangsung lama dengan petinggi militer Rusia, atas operasi militer Rusia di Ukraina.

Putin mengecam pemberontakan itu sebagai pengkhianatan, bersumpah untuk menghukum para pelakunya. Dia menuduh kejadian itu dapat mendorong Rusia ke ambang perang saudara.

Namun pada hari yang sama, dia telah menerima kesepakatan yang ditengahi oleh Belarusia untuk mencegah krisis keamanan paling serius di Moskow dalam beberapa dekade, ini.

Baca Juga: Pasukan Ukraina Gembira Wagner Pergi, Lebih Suka Bertempur Lawan Tentara Russia


Cela Peluang
Dalam beberapa jam setelah pengumuman Prigozhin bahwa pasukannya akan kembali ke pangkalan untuk menghindari menumpahkan darah Rusia, Kremlin mengatakan bahwa mantan sekutu Putin itu akan berangkat ke Belarusia.

“Rusia akan membatalkan tuduhan pemberontakan bersenjata terhadap Prigozhin, dan tidak menuntut pasukan Wagner,” kata Kremlin. 

Ukraina tampaknya bersuka ria dalam kejadian itu, dan terus meningkatkan serangan balasannya terhadap pasukan Rusia di negara itu dan mengejek menunjukkan penghinaan terhadap Putin.

Analis menyebut kesepakatan itu telah mengungkap kelemahan dalam cengkeraman kekuasaan presiden Rusia.

Pemimpin Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa dia telah merundingkan gencatan senjata dengan Prigozhin. Moskow berterima kasih padanya, meski para pengamat mencatat bahwa intervensi Lukashenko, yang biasanya dilihat sebagai mitra junior Putin, itu sendiri memalukan.

Ditanya apakah Prigozhin telah diberi jaminan bahwa dia akan dapat pergi ke Belarusia, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada media domestik: "Itu adalah perkataan presiden Rusia."

Di Ukraina, pembantu senior Presiden Volodymyr Zelenskyy, Mykhailo Podolyak men-tweet: "Prigozhin mempermalukan Putin/negara dan menunjukkan bahwa tidak ada lagi monopoli atas kekerasan."

Rusia bersikeras bahwa pemberontakan tersebut tidak berdampak pada “kampanye militer” Ukraina dan mengatakan bahwa Rusia telah menangkis serangan ofensif baru oleh pasukan Ukraina.

Tentara Ukraina yang meninggalkan garis depan pada hari Minggu mengatakan pemberontakan itu tidak terlalu mempengaruhi pertempuran di sekitar kota Bakhmut, di timur Ukraina.

Kyiv, bagaimanapun menyebut kerusuhan itu menawarkan cela peluang  serangan balasan yang telah lama ditunggu-tunggu.

Ukraina juga mengatakan bahwa jumlah korban tewas dalam serangan akhir pekan ini di Kyiv telah meningkat menjadi lima, setelah dua mayat lagi ditemukan dari puing-puing.

Penunjukan Devisi

Pejuang Wagner, yang terdiri dari sukarelawan dan mantan petugas keamanan, juga ribuan narapidana, sering ditugaskan ke garis depan dan menandakan kemajuan Rusia di Ukraina.

Para pejuang itu juga melakukan beberapa rangkaian operasi di Timur Tengah dan Afrika, dan sebagian besar dianggap mendapat restu Moskow.

"Krisis institusi dan kepercayaan tidak terlihat jelas bagi banyak orang di Rusia dan Barat kemarin. Hari ini, jelas," kata analis politik independen, Konstantin Kalachev kepada AFP.

"Posisi Putin melemah," katanya. 

"Putin meremehkan Prigozhin. Sama seperti dia meremehkan Zelenskyy sebelumnya. Dia bisa saja menghentikan itu dengan menelpon ke Prigozhin tetapi dia tidak melakukannya," katanya.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa pemberontakan singkat Wagner menandai tantangan langsung terhadap otoritas Putin, dan menunjukkan celah nyata, dalam otoritas negara Rusia.

Presiden Prancis Emmanuel Macron juga mengatakan bahwa “pawai” di Moskow menunjukkan perpecahan yang ada di dalam kubu Rusia, dan kerapuhan militer dan pasukan pendukungnya.

Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani mengatakan kepada harian Il Messaggero: "Mitos persatuan Rusia Putin telah berakhir. Eskalasi internal ini memecah aliansi militer Rusia.”

Baca Juga: Bos Wagner: Rusia Kabur dari Pertempuran di Bakhmut

"Ini adalah hasil yang tak terelakkan ketika Anda mendukung dan membiayai legiun tentara bayaran," katanya.

Menteri Luar Negeri China Qin Gang, yang menjalin hubungan dekat dengan Putin sejak operasi Ukraina diluncurkan, bertemu dengan wakil menteri luar negeri Rusia Andrey Rudenko di Beijing pada Minggu.

Setelah itu kementerian luar negeri China menyebut pemberontakan tentara bayaran sebagai urusan internal Rusia, sambil tetap menyatakan dukungan untuk pemerintahan Putin.

78