Home Nasional Kata Peneliti BRIN soal Kondisi Keluarga Pelaku Bom di Jawa Timur Tahun 2018

Kata Peneliti BRIN soal Kondisi Keluarga Pelaku Bom di Jawa Timur Tahun 2018

Jakarta, Gatra.com - Peneliti Madya Pusat Riset Agama dan Kepercayaan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Zakiyah memberikan perkembangan terbaru dari keluarga para pelaku bom Surabaya dan Sidoarjo di Jawa Timur, yang selamat dari insiden tahun 2028 silam. 

Berdasarkan pelacakan pada Februari 2023, BRIN mendapatkan perkembangan terbaru dari anak-anak para pelaku yang selamat dari insiden peledakan tersebut.

Diketahui, insiden bom bunuh diri pada tahun 2018 ini menyerang tiga gereja di Surabaya. Semua pelaku penyerangan tiga gereja meninggal dunia saat melakukan aksi. Para pelaku diketahui berasal dari satu keluarga dengan kepala keluarganya bernama Dita Oepriarto.

Sementara, dalam penyerangan di Mapolrestabes Surabaya, empat orang meninggal dunia dan satu anak perempuan selamat. Para pelaku juga satu keluarga dengan kepala keluarga yang bernama Tri Murtiono.

Kemudian, pada insiden Bom Rusunawa Wonocolo, Surabaya, dua orang anak selamat. Kepala keluarganya bernama Anton Ferdiantono. 

Peneliti BRIN mengatakan, ledakan di Rusunawa terjadi saat bom masih dirakit.

Baca Juga: BRIN Ungkap Keanekaragaman Hayati Jadi Prioritas Penelitian

"Satu anak berada di pesantren di Salatiga dan dua lainnya kembali ke keluarga setelah mereka mendapatkan perawatan dan pendampingan yang dilakukan oleh Kemensos dan KemenPPPA," ucap Zakiyah dalam webinar yang diadakan BRIN pada Rabu (26/7).

Dalam diskusi, Zakiyah tidak memberikan informasi detail terkait anak-anak yang masih selamat. Ia tidak menjelaskan, siapa yang berada di Salatiga dan yang kembali ke orang tuanya. Namun, Zakiyah mengatakan, rumah para pelaku sampai saat ini terlantar karena tidak ada pihak keluarga yang mau mengurus rumah di Surabaya itu.

Sementara itu, salah satu terduga teroris yang disinyalir terafiliasi dengan para pelaku insiden bom bunuh diri di Surabaya dan Sidoarjo masih belum ditemukan keberadaan. Pelaku berinisial WQ dan merupakan mantan staf Kementerian Agama.

"WQ ini dari informasi Kementerian Agama dan informasi dari tetangga-tetangganya, belum kembali ke rumahnya di Surabaya. Kami belum tahu keberadaan WQ ini saat ini di mana," kata Zakiyah.

Baca Juga: BRIN dan RMU Kolaborasi Riset Restorasi Ekosistem Hutan Gambut

Peneliti BRIN mengatakan, pada saat insiden itu baru terjadi (pada Minggu, 13 Mei 2018), WQ masih mengikuti apel di Senin pagi. Ia bahkan masih sempat berkomunikasi dengan staf di kantor sebelum penggrebekan terjadi.

"Ketika ada penggrebekan itu, dia izin keluar dan sempat berkomunikasi dengan salah satu temannya di kantor tersebut untuk menyimpan file yang ada di flashdisk di tempat meja kerjanya," jelas Zakiyah.

Namun, beberapa jam setelah WQ minta izin, ia dikabarkan tidak bisa dihubungi lagi dan hilang hingga hari ini. WQ pun dipecat secara tidak hormat sesuai dengan peraturan untuk para pegawai negeri sipil.

Insiden bom bunuh diri Surabaya, Jawa Timur terjadi secara serentak di tiga lokasi pada Minggu pagi, 13 Mei 2018 lalu. Tiga gereja yang menjadi sasaran adalah Gereja Santa Maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya. Pelaku utama peledakan tiga gereja ini adalah Dita Oepriarto yang merupakan pimpinan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) Surabaya. Insiden ini menewaskan total 18 orang, yaitu 6 pelaku dan 12 masyarakat.

Bom bunuh diri susulan juga terjadi di Mapolrestabes Surabaya pada Senin, 14 Mei 2018. Pelaku utama adalah Tri Murtiono. Total korban jiwa adalah lima orang pelaku. Tidak ada masyarakat sipil atau aparat hukum yang tewas dari insiden ini.

20