Home Gaya Hidup Manfaatkan Limbah Busana, Desainer Yogyakarta Usung Konsep Fashion Daur Ulang

Manfaatkan Limbah Busana, Desainer Yogyakarta Usung Konsep Fashion Daur Ulang

Yogyakarta, Gatra.com - Kehadiran limbah baju dan produk fashion bekas yang mengotori lingkungan memberi inspirasi merek fashion asal Daerah Istimewa Yogyakarta memanfaatkan kembali menjadi barang nilai jual.

Lewat program 'More Green', Farah Button memanfaatkan limbah produk fashionnya untuk diolah menjadi produk fashion lain dengan kegunaan yang berbeda, seperti scrunchy atau karet rambut, bandana, dan tas.

"Ide awalnya muncul saat saya jalan-jalan ke pantai dan melihat baju bekas yang sudah menjadi sampah. Sebagai orang yang berkecimpung di industri fashion, saya tidak ingin produk saya bernasib serupa," kata pemilik sekaligus desainer Farah Button, Sutardi, Sabtu (5/7).

Tak hanya memanfaatkan limbah bekas produknya, Sutardi mengajak konsumennya ikut berpartisipasi dengan menjual kembali produk fashion yang sudah rusak atau tidak terpakai ke gerai-gerai Farah Button.

"Produk bekas jenis apapun akan dihargai maksimal 20 persen dari harga beli dalam bentuk buy back atau tukar tambah," jelasnya.

Sutardi mengenalkan program More Green di perhelatan Bali Fashion Trend 2023 yang digelar di Discovery Mall Bali, 3-6 Agustus.

Ajang fashion ini juga sekaligus peringatan Hari Konservasi Alam Nasional yang jatuh setiap 10 Agustus.

Di ajang ini, Farah Button mengangkat tema Futurismo. Ada delapan outfit ready to wear berbahan linen yang dirilis dalam perhelatan ini.

Motif garis dan bintik menjadi ciri utama Futurismo yang merupakan tren fashion era 1960-an. Invasi teknologi ketika itu berimbas juga terhadap mode fashion.

Motif garis dan bintik memberi kesan minimalis yang memberi kesan modernitas dan teknologi tinggi. Dalam konteks kekinian, Sutardi ingin merayakan kemajuan teknologi lewat fashion yang global dan universal.

Menurut Sutardi, fashion Indonesia tidak melulu harus wastra (kain tradisional). Melalui Farah Button, ia juga berkreasi memperkenalkan motif-motif khas Indonesia.

“Seperti tema fashion show kali ini Futurismo, saya mengangkat motif garis yang merepresentasikan lurik tanpa menggunakan bahan lurik,” tuturnya.

333